Dari 'lontang lantung', jadi preman, kondektur angkutan kota sampai menjadi petani panutan
Seorang pemuda asal Klaten, Jawa Tengah, bercerita bagaimana latar belakangnya menjadi preman mendorongnya membantu para pemuda jalanan dengan
"Petani sekarang kan umurnya 50 sampai 60 tahun, mereka sebentar lagi mungkin pensiun. Jadi, siapa lagi yang akan meneruskan pertanian di Indonesia?."
"Anak-anak muda ini harus kita kasih pengetahuan atau skill untuk menggantikan para petani yang sudah tua," jelas Bagas.
Tak hanya para pemuda yang ikut mengolah lahan, para ibu yang tinggal di sekitar juga ikut pada masa produksi dan paskaproduksi. Lisda adalah salah satunya.
"Namanya sebagai ibu rumah tangga, anak saya masih sekolah saya butuh biaya, ya terpaksalah saya kerja di sini, ikat kemangi sembari becanda sama teman. Kalau di rumah kan saya istilahnya jenuh lah," kata dia.
Uang yang dihasilkan tiap hari tergantung pada seberapa banyak jumlah ikatan yang dia hasilkan. Namun menurutnya, lumayan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
"Saya kadang-kadang dapatnya Rp35.000, kadang-kadang Rp 25.000, tergantung pendapatan saya. Kan saya belum rapi ngiket kemangi, namanya baru belajar," jelas perempuan berusia 54 tahun ini.
Lisda yang sudah dua tahun membantu Bagas dalam proses paska-panen, mengaku betah dengan kerjaan sambilannya ini.
"Suka banget saya bekerja begini, lebih senang daripada saya di rumah bengang-bengong nggak karuan ya lebih baik saya ikut kerja begini, iketin kemangi."
Tak cuma itu, pemuda pesantren yang belum memiliki pekerjaan pula dirangkulnya.
Ketua kelompok pemuda santri, Abdul, menuturkan, Bagas mengajak mereka untuk mengelola lahan sejak tahun lalu. Setidaknya, sepuluh santri kini menjadi petani.
"Bos Bagas ini bisa merangkul, mengajak bahkan menolong pemuda-pemuda sini yang pengangguran lah, istilah kata, jadi sekarang bisa bercocok tanam di sini dan membantu perekonomian keluarga," kata Abdul.
"Untuk organisasi ini ada kegiatan, jadi dampaknya sangat baik sekali lah bagi kami semua sebagai pemuda,"imbuhnya.
Sejak awal, Bagas mengatakan ia mengurusi sendiri pemasaran produknya, tanpa perantara tengkulak.
"Jadi marginnya lebih gede, mungkin 40%-50% pasti ada selisih harga."
- Buah stroberi Australia mengandung jarum, pemerintah lancarkan penyelidikan
- Buah jeruk di Australia berubah jadi ungu setelah dipotong, apa penyebabnya?