Jumat, 3 Oktober 2025

Dari 'lontang lantung', jadi preman, kondektur angkutan kota sampai menjadi petani panutan

Seorang pemuda asal Klaten, Jawa Tengah, bercerita bagaimana latar belakangnya menjadi preman mendorongnya membantu para pemuda jalanan dengan

"Saya berpikir pengalaman pribadi, lontang-lantung, mabuk, itu kan yang saya alami dan saya merasa, bagaimana ya cara untuk mendekati mereka, jangan sampai mereka meminta-minta lagi," ujar Bagas

Lahan di seputar bandara ini, sebelumnya disewanya dari beberapa perusahaan.

Saat ini, lahan pertanian kota ini sering didatangi dinas-dinas pertanian dari daerah lain setelah Bagas ditetapkan sebagai panutan oleh Kementerian Pertanian untuk membina petani lain.

Titik balik setelah terpuruk

Ia mengatakan perjalanan hidupnya panjang dan "pahit", pernah menjadi preman, gemar berjudi, kondektur angkutan umum, porter bandara, serta penjual buah dan sayur.

Setelah menuntaskan sekolahnya di sekolah tinggi kejuruan di Klaten, Jawa Tengah, dia sempat bekerja sebagai kuli bangunan. Tak lama kemudian, dia menyusul orang tuanya yang tinggal di Jakarta.

"Pahit, pokoknya," ujarnya sambil tertawa, mengingat masa lalunya.

Kemudian, dia memutuskan untuk membantu ibunya berjualan sayur di pasar dan mulai berjualan buah dengan modal yang diberi orang tuanya.

"Sukses, [jual] buah di Kebayoran, [Pasar] Induk Kramatjati siapa yang nggak kenal Bagas dulu," selorohnya.

"Kita bawa sayurannya yang bagus-bagus, yang super-super. Orang pasar nafsu tuh," kata dia.

"Pokoknya dulu terkenal, Bagas itu barang kalau nggak super nggak mau, baru lah kita booming, orang Pasar Minggu, orang Ciputat pada minta ke saya," imbuhnya.

Dengan semakin larisnya dagangan, dia pun menukarkan motor yang biasa dia pakai untuk mendistribusikan sayuran dan buah dengan mobil yang dibelinya dengan meminjam uang ke rentenir.

Mobil bak itu hingga kini tetap disimpannya sebagai kenang-kenangan atas perjuangannya di masa lalu.

Merintis bisnis

Melihat potensi keuntungan yang lebih besar, pada 2004 Bagas akhirnya memutuskan untuk berkebun dan menanam sayuran dan buah dengan pengetahuan berkebun dia pelajari secara otodidak.

"3.000 meter persegi waktu itu. Abis itu permintaan banyak, jadi selama delapan tahun itu saya nggak mikirin hasil, dalam arti armada kita banyakin, yang jelas lahan kita banyakin, rekrutmen pekerjaan orang-orang yang bekerja kita tarik semua, akhirnya seperti ini," tutur Bagas.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved