Senin, 29 September 2025

Indonesia Dorong Kolaborasi Industri Keberlanjutan di Forum BRICS

Indonesia mengambil peran penting dalam Forum BRICS Partnership on New Industrial Revolution (PartNIR) 2025 yang berlangsung di Xiamen, China.

Penulis: Lita Febriani
Editor: Choirul Arifin
handout
FORUM BRICS - Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza menghadiri Forum BRICS Partnership on New Industrial Revolution (PartNIR) 2025 yang berlangsung di Xiamen, China, 15-17 September 2025. 

TRIBUNNEWS.COM - Indonesia mengambil peran penting dalam Forum BRICS Partnership on New Industrial Revolution (PartNIR) 2025 yang berlangsung di Xiamen, Tiongkok pada 15-17 September 2025.

Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza yang menghadiri acara menyebut, pentingnya kerja sama BRICS dalam membangun masa depan industri global yang lebih inklusif, berkelanjutan dan berbasis inovasi.

"Di tengah transformasi global yang dipengaruhi digitalisasi, transisi hijau, serta pergeseran rantai nilai internasional, kerja sama BRICS PartNIR hadir pada waktu yang tepat sekaligus semakin penting," tutur Faisol dalam keterangan resmi, Kamis (18/9/2025).

Forum BRICS Partnership on New Industrial Revolution (PartNIR) 2025 mengusung tema Unlocking the Potential of BRICS Cooperation for Inclusive and Sustainable Industrialization.

Menurut Faisol, kehadiran Indonesia di forum tersebut menjadi bukti komitmen pemerintah untuk memperkuat kerja sama internasional sekaligus membuka peluang investasi, kolaborasi teknologi dan akses pasar global bagi produk manufaktur nasional.

Wamenperin menambahkan, keterlibatan Indonesia dalam forum BRICS memiliki arti strategis, sejalan dengan peta jalan Making Indonesia 4.0 yang bertujuan memperkuat daya saing industri manufaktur, mempercepat adopsi digital dan membangun perekonomian berbasis inovasi.

Ia juga menyinggung komitmen negara-negara BRICS dalam Deklarasi Rio de Janeiro awal tahun ini, yang menyerukan penguatan kerja sama Global South.

"Industrialisasi harus berjalan beriringan dengan inklusivitas, keadilan dan keberlanjutan, sekaligus memastikan bahwa suara negara berkembang ikut menentukan masa depan industri dan rantai pasok global," terang Faisol.

Sektor manufaktur disebut masih menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Pada triwulan II 2025, industri manufaktur nonmigas tumbuh 5,60 persen secara tahunan, melampaui pertumbuhan ekonomi nasional 5,12 persen, dengan kontribusi 16,92 persen terhadap PDB.

Wamenperin juga memaparkan arah kebijakan melalui Strategi Baru Industri Nasional (SBIN) yang berlandaskan empat pilar.

Baca juga: Hadiri Forum BRICS, Wamenperin Perkuat Kerja Sama RI-Rusia di Sektor Industri 

Yang pertama, percepatan hilirisasi SDA (nikel, tembaga, bauksit) untuk produk bernilai tambah tinggi dan daya saing ekspor.

Kedua, pengembangan industri hijau mendukung target net zero emission 2060 melalui energi bersih, ekonomi sirkular, dan kawasan industri rendah karbon.

Ketiga, digitalisasi industri lewat Making Indonesia 4.0 dengan adopsi teknologi Industri 4.0. Terakhir, penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) industri berbasis kompetensi melalui pendidikan vokasi dan platform pembelajaran digital.

Baca juga: Kolaborasi dari Indonesia di Panggung BRICS+ Fashion Summit 2025 

"Dengan empat pilar strategi ini, Indonesia berkomitmen membangun manufaktur cerdas, memperluas adopsi teknologi digital seperti kecerdasan buatan, Internet of Things, dan cloud computing. Bagi kami, manufaktur cerdas bukan sekadar efisiensi, melainkan juga jalan menuju ketahanan, keberlanjutan dan inklusivitas," ucap Faisol.

 

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan