Senin, 29 September 2025

Kurangi Emisi Karbon, Pertamina Percepat Transisi Energi di Sektor Transportasi

Sektor transportasi menjadi penyumbang 36 persen konsumsi energi nasional dan sekitar 73 persen dari total konsumsi BBM nasional.

dok. Kalista
TRANSISI ENERGI - Sektor transportasi menjadi penyumbang 36 persen konsumsi energi nasional dan sekitar 73 persen dari total konsumsi BBM nasional. Karena itu, transisi ke energi bersih di sektor ini menjadi sangat penting. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Pertamina mendukung langkah pemerintah dalam transisi energi nasional, khususnya di sektor transportasi.

Sejumlah inisiatif strategis dilakukan, mulai dari pengembangan biofuel, sustainable aviation fuel (SAF), hingga hidrogen hijau yang diharapkan mampu mengurangi emisi karbon sekaligus menjaga ketahanan energi Indonesia.

“Transisi energi harus dijalankan secara serius agar Indonesia tetap tangguh menghadapi perubahan global. Pertamina fokus tidak hanya pada energi ramah lingkungan, tetapi juga andal dan terjangkau,” ungkap Pjs. SVP Sustainability Pertamina, Indira Pratyaksa dikutip Minggu (14/9/2025).

Salah satu bukti konkret adalah penerbangan uji coba bahan bakar penerbangan berkelanjutan atau Sustainable Aviation Fuel (SAF) yang dilakukan oleh Pelita Air Service pada 20 Agustus 2025. Pesawat berhasil terbang pulang-pergi Jakarta–Bali dengan bahan bakar ramah lingkungan produksi Pertamina.

“Ini bukti nyata komitmen Pertamina mendukung transportasi hijau. SAF yang kami kembangkan sudah melalui uji coba bersama mitra internasional dan terbukti mampu menurunkan emisi hingga 85 persen dibandingkan bahan bakar konvensional,” jelas Indira.

Sementara Direktur Proyek dan Operasi PT Pertamina New Renewable Energy (PNRE) Norman Ginting menambahkan bahwa sektor transportasi menjadi penyumbang 36 persen konsumsi energi nasional dan sekitar 73 persen dari total konsumsi BBM nasional. Karena itu, transformasi energi bersih di sektor ini menjadi sangat penting.

“Indonesia masih bergantung pada impor minyak sejak 2003. Untuk mengurangi ketergantungan tersebut sekaligus menekan emisi karbon, Pertamina berkomitmen mempercepat diversifikasi energi di sektor transportasi,” ujar Norman.

Untuk Biodiesel, program B40 resmi berjalan pada 2025, dengan dukungan kilang hijau (green refinery) yang dapat memproduksi Hydrotreated Vegetable Oil (HVO) untuk melampaui kebutuhan pencampuran biodiesel. 

Baca juga: Perusahaan Startup Jepang Luncurkan Proyek Produksi Biofuel untuk Provinsi NTT

Sementara Bioavtur (SAF), uji coba SAF berbasis minyak jelantah yang telah dilakukan Pelita Air menjadi wujud nyata transisi energi di sektor transportasi melalui pemanfaatan sumber daya lokal yang ramah lingkungan.



Terkait kendaraan Listrik dan Baterai, melalui Indonesia Battery Corporation (IBC), Pertamina membangun ekosistem EV dan BESS (Battery Energy Storage System) dengan ambisi menjadi produsen terbesar di ASEAN.

Baca juga: Indonesia-Jepang Bahas Biofuel untuk Menuju Netralitas Karbon Sektor Otomotif

Untuk Hidrogen dan e-Fuel, Pertamina tengah menyiapkan dua Stasiun Pengisian Hidrogen (HRS) di Daan Mogot (2026) dan Jawa Barat (2028), dengan kapasitas awal 200–500 kg/hari.



“Indonesia dianugerahi potensi energi bersih dan terbarukan yang melimpah, namun tetap ada tantangan di depan. Karena itu kita perlu bekerja sama. Transisi energi membutuhkan aksi kolektif dengan kolaborasi erat dari semua pihak," ujar Norman Ginting. 

 

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan