Senin, 29 September 2025

Delapan Komoditas yang Cocok Dikembangkan Transmigran

Pemerintah menargetkan swasembada gula paling lambat pada 2028 dan untuk gula industri paling lambat 2030.

Kompas/Aswin Rizal
KOMODITAS DI WILAYAH TRANSMIGRASI - Petani kakao merawat buah kakao menjelang panen. Produksi biji kakao di dalam negeri masih sebesar 210 ribu ton, sedangkan kebutuhannya mencapai 700 ribu ton. 

Produk hilirisasinya mencakup produk ban, produk rumah tangga, medis, engineering, dan infrastruktur berbasis karet alam.

Daerah potensialnya antara lain Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Lampung, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan lain-lain.

Ada juga komoditas gula. Produksi gula dalam negeri disebut masih sangat kecil, yaitu 2,2 sampai 2,6 juta ton. Kebutuhan nasionalnya mencapai 6,14 juta ton.

Adapun Pemerintah menargetkan swasembada gula paling lambat pada 2028 dan untuk gula industri paling lambat 2030.

Daerah potensial pengembangan industri gula ada di Aceh, Lampung, Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selaatn, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, serta Papua Selatan.

Selanjutnya adalah komoditas jagung pakan. Produksi dalam negeri saat ini 15,88 juta ton dengan kebutuhan 8 juta ton.

Hilirisasi dari produk ini berupa pakan ruminansia (sapi, kambing, domba, dan kerbau) serta pakan unggas (ayam petelur, ayam broiler, bebek, dan itik.

Daerah potesi pengembangan jagung pakan ada di Sumatera Barat, Sumatera Utara, Lmapung, Sulawesi Selatan, Gorontalo, serta NTB dan NTT.

Berikutnya adalah sagu. Saat ini, masih ada potensi produksi sagu 34,3 hingga 110 juta ton pati sagu per tahun.

Sagu bisa dimanfaatkan untuk ketahanan pangan, sumber energi, dan potensi pemanfaatan limbah cair serta padat.

Daerah potensial ada di Sumatera Utara, Riau, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Maluku Utara, serta Papua Barat.

Komoditas terahir yang bisa dikembangkan oleh transmigran adalah minyak atsiri. Saat ini, luas lahan yang tersedia ada 916 ribu hektare dengan produksi dalam negeri sebesar 188 ribu ton.

"Potensinya sangat besar. Kalau adik-adik semua, terutama yang perempuan, biasa menggunakan atau lebih familiar dengan parfum. Parfum-parfum yang baru biasanya beraroma patchouli," kata Faisol.

"Patchouli itu salah satu minyak atsiri hasil asli dari Sulawesi yang bisa dikembangkan oleh industri parfum dunia. Sekarang ini menjadi salah satu favorit aroma," jelasnya.

Daerah-daerah yang berpotensi untuk pengembangan minyak atsiri ada Aceh, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Maluku dan Maluku Utara, serta Papua Selatan. 

 

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan