Delapan Komoditas yang Cocok Dikembangkan Transmigran
Pemerintah menargetkan swasembada gula paling lambat pada 2028 dan untuk gula industri paling lambat 2030.
Penulis:
Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor:
Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza mengungkap sejumlah komoditas yang cocok dikembangkan oleh para transmigran.
Transmigran merupakan warga negara Indonesia secara sukarela berpindah dari daerah padat penduduk ke daerah lain yang berpenduduk jarang untuk menetap, dengan tujuan meningkatkan taraf hidup dan pemerataan pembangunan di wilayah Indonesia.
Pertama adalah kakao. Ia mengungkap produksi biji kakao di dalam negeri masih sebesar 210 ribu ton, sedangkan kebutuhannya mencapai 700 ribu ton.
Biji kakao dapat diolah menjadi pasta, bubuk, hingga produk kosmetik dan farmasi.
Baca juga: Dewan Adat Dayak Kotim Tolak Transmigrasi, Begini Tanggapan Gubernur Kalteng
Daerah yang bepotensi untuk hilirisasi industri kakao ada di Aceh, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawei Tenggara, dan Papua Barat.
Setelah kakao, ada kopi yang menjadi komoditas bisa diandalkan oleh transmigran.
"Kopi di Indonesia merupakan salah satu favorit dari produk kopi yang dibutuhkan pasar global. Kebutuhannya masih sangat tinggi termasuk untuk kebutuhan nasional," kata Faisol dalam acara Pelepasan Tim Ekspedisi Patriot di Jakarta Selatan, Senin (25/8/2025).
Produksi kopi di dalam negeri tercatat sebesar 700 ribu ton biji kopi. Sementara itu, kebutuhannya sebesar 425 ribu ton biji kopi.
Faisol mengatakan produk hilirisasi kopi bisa berupa kopi bubuk, kopi instan, produk makanan, body care, pewangi, dan lain-lain.
Daerah potensialnya ada di Aceh, Sumatera Selatan, Lampung, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, serta NTB.
Berikutnya adalah sawit. Produksi dalam negeri sawit sebesar 48,2 juta ton dan kebutuhan 75 juta ton.
Menurut Faisol, ada banyak cerita sukses transmigran yang berhasil mengolah sawit.
Daerah potensialnya ada di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimatan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan.
Hasil produksi hilirisasi sawit seperti pangan berbasis sawit, bahan bakar nabati, oleochemical (personal care & wash, kosmetik, fine chemical), dan biomaterial.
Selanjutnya adalah karet. Produksi di dalam negeri sebesar 2,3 juta ton karet alam dengan kebutuhan 4,5 juta ton karet alam.
Fakta Kasus Dugaan Korupsi Pengadaan Biji Kakao Fiktif Senilai Rp7,4 Miliar: Pejabat UGM Terlibat |
![]() |
---|
Industri Minuman Beralkohol Sumbang Cukai Rp 8,86 Triliun |
![]() |
---|
Industri Kakao RI Duduki Posisi 4 di Dunia, Kemenperin Terus Perkuat Ekosistem Hulu hingga Hilir |
![]() |
---|
Kemenperin Buka Specialty Indonesia 2025, Pamerkan Produk Industri Pengolahan Kopi hingga Kakao |
![]() |
---|
Pemerintah Dorong Keterlibatan Generasi Muda dalam Pelestarian Budaya Batik |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.