Bukan Sekadar Komoditas, Logam Tanah Jarang Adalah Tiket Indonesia Menuju Kemandirian Teknologi
EE bukan sekadar komoditas tambang, tapi tiket strategis menuju masa depan di tengah transisi global menuju energi bersih dan industri tinggi
Penulis:
Erik S
Editor:
Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- R. Haidar Alwi, pendiri Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute menyoroti mengenai logam tanah jarang (rare earth elements / REE) yang dimiliki Indonesia.
Menurut Hadir, REE bukan sekadar komoditas tambang, tapi tiket strategis menuju masa depan di tengah transisi global menuju energi bersih dan industri tinggi
“Jangan kita jual tiket masa depan hanya karena tergiur uang tunai hari ini. Logam tanah jarang bukan hanya milik kita—mereka adalah hak anak cucu kita,” tegas Haidar Alwi dalam keterangannya, Kamis (31/7/2025).
Baca juga: Reformasi Aturan TKDN Segera Dirilis Kementerian Perindustrian
Dunia sedang berebut pasokan REE, dan Indonesia diam-diam menjadi sasaran utama.
Dunia Bergerak, Indonesia Harus Menentukan Arah
Logam tanah jarang adalah unsur kritis dalam hampir semua perangkat modern: baterai kendaraan listrik, turbin angin, chip komputer, satelit, radar, hingga sistem persenjataan canggih. Tanpa REE, dunia digital dan transisi energi bersih akan lumpuh.
Karena itulah banyak negara besar kini berlomba mengamankan pasokan REE, termasuk dari Indonesia.
Amerika Serikat menjajaki kesepakatan strategis dengan Indonesia untuk suplai REE bebas tarif. India memfokuskan investasi besar membangun industri magnet REE dan membuka pintu impor dari negara sahabat.
Uni Eropa, melalui Critical Raw Materials Act, secara resmi menempatkan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dalam prioritas pasokan strategis. Sementara itu, China masih menjadi pembeli terbesar REE mentah dari kawasan ini secara tidak langsung.
Sayangnya, Indonesia sendiri masih belum beranjak dari pola lama: eksplorasi lambat, hilirisasi setengah hati, dan ekspor dalam bentuk mentah yang nyaris tanpa nilai tambah. Padahal, berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No. 228.K/MB.03/MEM.G/2025, sumber daya REE Indonesia telah tercatat mencapai:
- 136,2 juta ton dalam bentuk bijih, dan
- 118.650 ton dalam bentuk logam.
Angka ini belum mencakup cadangan yang sudah terukur, namun cukup menunjukkan bahwa Indonesia punya peluang besar untuk menjadi pemain utama.
“Kalau hanya jadi penyedia bahan mentah, kita akan terus jadi budak teknologi bangsa lain,” ujar Haidar Alwi.
Dari Tambang ke Teknologi: Bangun Rantai Nilai Nasional
Dorong Ekspor Komponen, Kemenperin Jamin Pasokan Bahan Baku Logam untuk IKM |
![]() |
---|
Delapan Komoditas yang Cocok Dikembangkan Transmigran |
![]() |
---|
Bank Raya Gelar Pesta Raya, Hadiahnya Logam Mulia Hingga Mobil |
![]() |
---|
Anggota Komisi VII DPR RI Dorong Pemerintah Tingkatkan Ekspor Sektor Logam dan Mesin |
![]() |
---|
Satgas Pangan Berperan Vital Mencegah Permainan Harga dan Penimbunan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.