Senin, 29 September 2025

Indonesia Belum Menyerah, Tetap Negosiasikan Besaran Tarif Dagang ke AS Hingga Akhir Agustus

Menteri Perdagangan enggan membeberkan komoditas apa saja dari RI yang akan terkena tarif resiprokal 19 persen jika diekspor ke AS.

Endrapta Pramudhiaz/Tribunnews.com
MASIH TARIK ULUR - Menteri Perdagangan Budi Santoso. Negosiasi tarif resiprokal dengan AS masih akan dilakukan sampai sebelum 1 September 2025. 

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah Indonesia masih ingin menegosiasikan tarif resiprokal dengan Amerika Serikat (AS), meskipun tanggal pengenaan tarif jatuh pada 7 Agustus 2025.

Menteri Perdagangan Budi Santoso mengatakan, negosiasi tarif resiprokal dengan AS masih akan dilakukan sampai sebelum 1 September 2025.

"Sekarang prosesnya masih berjalan ya, memang yang resiprokal kan kita dapat 19 persen itu berlaku 7 hari setelah tanggal 31 Juli kan kalau di pengumumannya," kata Budi dalam konferensi pers di kantor Kemendag, Jakarta Pusat, Senin (4/8/2025).

"Sekarang proses negosiasi juga masih berjalan sebenarnya, mudah-mudahan sebelum 1 September (rampung)," jelasnya.

Budi enggan membeberkan komoditas apa saja dari RI yang akan terkena tarif resiprokal 19 persen jika diekspor ke AS.

"Untuk komoditas, mungkin belum saya sampaikan dulu ya komoditas apa, tetapi paling tidak di dalam proses negosiasi nanti kita juga ingin mendapatkan penurunan tarif," ujarnya.

Sebelumnya, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan, penerapan tarif resiprokal sebesar 19 persen untuk Indonesia, mulai berlaku 7 Agustus 2025 mendatang

Menurut Airlangga, tarif resiprokal Indonesia sudah final di angka 19 persen.

"Kan sudah diumumkan, 92 negara sudah, dan Indonesia kan seperti kita ketahui sudah selesai dan berlaku tanggal 7 dan seluruh negara ASEAN hampir selesai dan negara-negara yang di ASEAN kecuai Singapura tarifnya paling rendah," kata Airlangga di kantornya, Jumat (1/8/2025).

Airlangga mengatakan, beberapa negara di ASEAN memang mendapatkan tarif resiprokal rendah sebesar 19 persen, artinya bukan hanya Indonesia, tapi juga Thailand. Hal itu karena persaingan dagang.

"Kan selama ini juga sama, punya competitivenes terhadap Thailand maupun Malaysia dan sektornya agak mirip tapi ada perbedaan juga," ujarnya.

"Yang penting India agak tinggi sedikit," sambungnya.

Baca juga: 13 Negara Kesayangan Trump yang Dapat Tarif Ringan: Indonesia Termasuk atau Tersingkir?

Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengungkap hingga saat ini pemerintah terus berkomunikasi dengan pemerintah AS terlebih masih ada negosiasi lanjutan.

Baca juga: Pemerintah Genjot Ekspor Tekstil dan Elektronik ke AS Hadapi Tarif Impor 19 Persen

Negosiasi dengan AS yang dilakukan yakni mengupayakan komoditas tertentu misalnya barang yang dibutuhkan AS dan tidak bisa diproduksi di AS tapi hanya ada di Indonesia.

"Kita akan bikin daftarnya, contohnya apa? CPO, kopi, kakao, produk-produk mineral, nikel dan sebagainya. Nah itu yang kita mau nego kan jangan kena 19 persen tapi resiprokal nya 0 persen," jelas dia. 

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan