Trump Terapkan Tarif Timbal Balik
Harga Barang AS yang Masuk RI Bisa Lebih Murah Akibat Bebas Tarif
Harga barang-barang dari Amerika Serikat (AS) bisa lebih murah jika masuk ke Indonesia tanpa dikenakan tarif.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga barang-barang dari Amerika Serikat (AS) bisa lebih murah jika masuk ke Indonesia tanpa dikenakan tarif.
Keputusan memasukkan barang dari AS ke Indonesia tanpa tarif merupakan bagian dari hasil negosiasi RI dengan AS terkait pengenaan tarif resiprokal.
Sebagai bagian dari komitmen atas penurunan tarif oleh AS, Indonesia akan memberikan fasilitas bebas tarif bagi barang impor asal Negeri Paman Sam.
Baca juga: Daftar Negara ASEAN yang Kena Gebuk Tarif Trump: Laos 40 Persen, RI Diskon Jadi 19 Persen
Menurut Ekonom Bank Permata Josua Pardede, kondisi tersebut dipastikan akan membuat produk-produk AS yang masuk ke Indonesia menjadi lebih murah.
"Terutama untuk sejumlah komoditas penting seperti gandum, kedelai, minyak mentah, LPG, bahan bakar minyak (BBM), elektronik, suku cadang pesawat, hingga produk farmasi," ujar Josua yang saat ini memimpin Permata Institute for Economic Research (PIER), Kamis (17/7/2025).
Ia menyebut sebenaranya ada kedelai dan gandum yang sebelumnya sudah dibebaskan tarifnya karena produksi dalam negeri tidak mencukupi.
Dengan bebas tarif, kedua komoditas tersebut akan semakin terjamin stabilitas pasokannya dan bahkan mungkin bisa lebih murah.
Oleh karena itu, kata Josua, dapat menguntungkan industri pangan domestik seperti produsen tahu, tempe, roti, dan mi.
Demikian juga dengan BBM dan energi lainnya yang bisa lebih kompetitif secara harga.
Walaupun sebenarnya harga BBM lebih kompetitif masih akan sangat bergantung pada subsidi pemerintah dan dinamika harga global.
Namun, harga yang murah tak selamanya mendatangkan hal positif.
Josua memandang masih akan ada dampak negatif dari ini yang akan dirasakan oleh industri domestik.
Industri lokal, khususnya yang memproduksi barang-barang yang sama atau substitusi langsung dari produk impor AS, diperkirakan akan mengalami tekanan besar.
Misalnya, sektor pertanian lokal seperti petani kedelai domestik akan menghadapi kompetisi yang berat.
Baca juga: Donald Trump Sukses Pasarkan Boeing: Bahrain Siap Beli 12 Unit Pesawat, Indonesia Borong hingga 50
Hal itu karena kedelai impor dari AS yang selama ini bersubsidi menjadi semakin murah di pasar Indonesia.
"Demikian juga dengan sektor elektronik, farmasi, dan produk-produk lainnya, industri domestik harus menghadapi tantangan persaingan harga yang tajam," ujar Josua.
Pelemahan Industri Dalam Negeri
Josua mengatakan, risiko terbesar dari kondisi ini adalah terjadinya pelemahan pada industri dalam negeri dan meningkatnya ketergantungan terhadap impor produk-produk tertentu dari AS.
Ketergantungan ini dinilai bisa berbahaya dalam jangka panjang jika tidak diimbangi dengan penguatan kapasitas produksi domestik.
Maka dari itu, meskipun pemerintah menyebut bahwa sebagian besar impor adalah berupa bahan baku atau barang modal yang bisa digunakan untuk memperkuat produksi domestik, dampak negatif terhadap produsen dalam negeri perlu diantisipasi secara serius.
Guna meredam dampak tersebut, industri dalam negeri disarankan mengambil langkah-langkah antisipasi strategis.
Di antaranya dengan meningkatkan efisiensi produksi, memperbaiki mutu produk, dan mempercepat hilirisasi produk agar nilai tambah lebih besar.
Industri dalam negeri juga perlu memperluas kolaborasi strategis melalui joint ventures dengan perusahaan asing untuk transfer teknologi.
Pemerintah pun disarankan untuk menyediakan langkah-langkah pengamanan seperti penerapan safeguard atau bea masuk anti-dumping.
Langkah pengamanan tersebut perlu diambil jika terjadi lonjakan impor yang ekstrem dan mengancam kelangsungan industri lokal strategis.
"Dalam jangka pendek, kesepakatan ini dianggap memberikan keuntungan bagi konsumen dan beberapa industri pengguna bahan baku," ucap Josua.
"Dalam jangka panjang, Indonesia perlu memonitor dampak negatifnya secara ketat dan bersiap untuk negosiasi ulang guna memastikan keseimbangan manfaat yang lebih adil dan berkelanjutan bagi ekonomi nasional," jelasnya.
Trump Terapkan Tarif Timbal Balik
Trump Merasa 'Ditampar' saat India, Rusia, dan China Lakukan Pertemuan, Langsung Beri Peringatan |
---|
Trump Tolak Tawaran Manis India: Tarif Nol Persen Tak Lagi Berarti, Sudah Terlambat! |
---|
Industri Otomotif Kehilangan 51.500 Lapangan Kerja Akibat Tekanan Tarif Dagang |
---|
Trump Murka, Siap Gugat ke Mahkamah Agung Usai Tarif Dagang Andalannya Dinyatakan Ilegal |
---|
Acuhkan Ancaman Tarif Trump, India Tingkatkan Ekspor Minyak dari Rusia |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.