Daftar Negara ASEAN yang Kena Gebuk Tarif Trump: Laos 40 Persen, RI Diskon Jadi 19 Persen

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump resmi menetapkan tarif impor baru terhadap ekspor dari negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, Vietnam, dan Laos mulai 1 Agustus 2025.

“Kami tidak akan terus membiarkan negara-negara lain memanfaatkan kami. Tarif ini adil, timbal balik, dan akan mendorong kesepakatan dagang yang lebih menguntungkan bagi Amerika," kata Trump, sebagaimana dikutip dari Times.

Kebijakan tersebut diklaim Trump sebagai bagian dari strategi reciprocal tariffs atau tarif timbal balik.

Artinya, jika suatu negara memberlakukan tarif tinggi terhadap produk AS, maka AS akan membalas dengan tarif serupa.

Vietnam misalnya yang mencatatkan defisit perdagangan dengan AS sebesar lebih dari 123 miliar dolar AS.

Dengan tarif tinggi, Trump berharap dapat mempersempit defisit ini dengan mengurangi volume impor dan mendorong produsen AS bersaing di pasar domestik.

Kementerian Perdagangan AS menyebutkan bahwa kebijakan tarif baru ini ditujukan untuk menyeimbangkan neraca dagang, mendorong produksi dalam negeri, serta menekan praktik yang dianggap "manipulatif" dalam perdagangan global.

Kendati demikian beberapa negara di wilayah ASEAN yang terkena dampak kenaikan tarif impor menyatakan kekecewaan atas keputusan tersebut dan menuntut negosiasi ulang.

Para pengamat memperkirakan bahwa kebijakan Trump ini dapat memicu ketegangan dagang baru di kawasan, serta mendorong ASEAN mencari diversifikasi pasar ekspor ke kawasan lain seperti Eropa, Timur Tengah, atau Afrika.

Daftar Negara ASEAN yang Kena Tarif Ekspor Trump

Berikut rincian tarif impor yang dikenakan AS kepada negara-negara ASEAN, sebagaimana dikutip dari sejumlah sumber:

Baca juga: AS Pangkas Tarif Impor Produk Indonesia Jadi 19 Persen, Pasar Bereaksi Positif

 1. Indonesia

Indonesia hanya dikenakan tarif impor sebesar 19 persen oleh pemerintahan Donald Trump dalam kebijakan tarif terbarunya karena sejumlah faktor ekonomi dan diplomatik.

Angka ini lebih rendah dari tarif impor awal yang sebelumnya dipatok sebesar 32 persen.

Jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, posisi Indonesia bisa dikatakan lebih diuntungkan karena masih mendapat "diskon" tarif, sementara beberapa negara lain dikenakan tarif yang jauh lebih tinggi.

Indonesia dilihat sebagai mitra strategis AS di kawasan Indo-Pasifik. Ada kemungkinan pertimbangan geopolitik yang membuat Washington lebih berhati-hati dalam menetapkan tarif terhadap Indonesia.