KEK Sanur Diyakini Picu Investasi di Sektor Pariwisata Kesehatan
Kontribusi The Sanur terhadap GDP nasional diperkirakan dapat menahan laju devisa yang ke luar mencapai Rp 86 trillun.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di Asia Tenggara, pariwisata kesehatan merupakan industri memiliki potensi nilai hingga Rp800 triliun per tahun. Angka ini diperkirakan akan terus tumbuh lebih dari 12 persen tiap tahun.
Dengan adanya The Sanur Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan yang telah diresmikan Presiden Prabowo Subianto beberapa waktu lalu, diestimasikan pada 2030 terdapat sekitar 4 hingga 8 persen penduduk Indonesia yang sebelumnya berobat ke luar negeri dapat berobat di The Sanur.
Sehingga, kontribusi The Sanur terhadap GDP nasional diperkirakan dapat menahan laju devisa yang ke luar mencapai Rp 86 trillun dan menambah devisa ke Indonesia sebesar Rp 19 trilun. The Sanur juga disebut mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 18.375 orang.
Baca juga: Disambut Riuh Pelajar dan Tari Pendet, Presiden Prabowo Subianto Kunjungi KEK Sanur
CEO Danantara Indonesia, Rosan Roeslani, menekankan dengan hadirnya KEK Sanur, maka menegaskan Indonesia merupakan negara yang memiliki aset yang strategis khususnya di sektor pariwisata dan kesehatan.
“Kami memastikan aset-aset ini dikelola secara optimal untuk mendorong pertumbuhan investasi. Melalui KEK Sanur, kami melihat potensi besar untuk menarik investor global di dua industri besar yang menjadi motor penggerak ekonomi nasional, yakni sektor kesehatan dan sektor pariwisata,” ungkap Rosan dikutip Selasa (8/7/2025).
Terletak di atas lahan seluas 41,26 hektar, The Sanur dikembangkan sebagai health and wellness destination di Indonesia dengan dilengkapi oleh fasilitas kesehatan dan pariwisata yang terintegrasi di antaranya International Medical Facility yaitu Bali International Hospital yang berkapasitas hingga 240.000 pasien.
Menteri BUMN, Erick Thohir menegaskan pentingnya menghadirkan layanan kesehatan berkualitas tinggi dalam negeri.
“Bapak Presiden selalu mengingatkan bahwa kita bangsa besar, bangsa yang bisa berdiri di atas kaki sendiri. Tapi kenyataannya, tiap tahun sekitar 2 juta masyarakat kita berobat ke luar negeri dan menghabiskan hampir Rp 150 triliun," ungkap Erick.
Sementara itu, Holding BUMN sektor aviasi dan pariwisata PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney melalui anak usahanya, InJourney Hospitality, sebagai pengelola KEK Sanur, terus berkomitmen untuk mengembangkan kawasan ini sebagai langkah penting untuk melakukan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Direktur Utama InJourney, Maya Watono, menjelaskan, sektor pariwisata merupakan tulang punggung ekonomi Indonesia dan juga menjadi salah satu penyumbang devisa utama bagi negara.
“Kami memproyeksikan KEK Sanur dapat membuka kesempatan ribuan lapangan kerja baru dan mendorong peningkatan jumlah wisatawan mancanegara untuk berwisata dan berobat ke Indonesia,” tutup Maya.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
Jabatan Menteri BUMN Kosong, Nama Rosan Roeslani Muncul, Pengamat Nilai Posisi Prabowo Dilematis |
![]() |
---|
Riset Industri Asuransi: Orang Indonesia Cenderung Menunda Perawatan Kesehatan karena Alasan Biaya |
![]() |
---|
Kasus Cacingan Muncul Lagi, KPAI Soroti Anak Diasuh Orangtua yang Punya Utang dan Candu Gadget |
![]() |
---|
Pasien BPJS Kesehatan Wajib Skrining Riwayat Kesehatan Sebelum Berobat di Faskes Tingkat Pertama |
![]() |
---|
WHO Ungkap Jutaan Anak di Dunia Termasuk Indonesia Tewas Akibat Layanan Kesehatan Tidak Aman |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.