Senin, 29 September 2025

WHO Ungkap Jutaan Anak di Dunia Termasuk Indonesia Tewas Akibat Layanan Kesehatan Tidak Aman

Pemberdayaan keluarga yakni mendorong orang tua aktif pantau tumbuh kembang ikuti pengobatan anak hingga ikut serta dalam pengambilan keputusan medis.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: willy Widianto
Kemenkes RI
CKG ANAK SEKOLAH - Sebanyak 20 juta orang sudah mengikuti program Cek Kesehatan Gratis (CKG). WHO menyebut lebih dari 3 juta orang anak meninggal setiap tahun akibat layanan kesehatan yang tidak aman. 

​TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Hari Keselamatan Pasien Sedunia 2025 membawa pesan penting bagi Indonesia yakni soal keselamatan anak-anak harus dijaga sejak awal kehidupan.

Baca juga: Ebola Merebak di Kongo, WHO Siaga: Kenali Tanda Awalnya!

World Health Organization (WHO) bersama United Nations Population Fund (UNFPA) menyerukan agar layanan kesehatan di Tanah Air lebih aman, efektif, dan ramah anak melalui seruan aksi global bertema “Keselamatan Pasien dari Awal".

Isu ini menjadi sangat mendesak karena di seluruh dunia tercatat 1 dari 10 pasien mengalami dampak buruk saat menjalani perawatan medis.Lebih dari 3 juta orang meninggal setiap tahun akibat layanan kesehatan yang tidak aman. 

Kondisi tersebut jauh lebih parah di negara berpendapatan rendah dan menengah, termasuk Indonesia di mana 4 dari setiap 100 orang meninggal karena layanan yang tidak aman.

Fakta lain yang memprihatinkan, lebih dari 50 persen kejadian tersebut sebenarnya bisa dicegah jika sistem kesehatan menerapkan protokol keselamatan secara konsisten.

Anak-anak disebut sebagai kelompok paling rentan. Tubuh mereka masih berkembang, sementara kemampuan menyampaikan keluhan medis sangat terbatas. 

Banyak risiko muncul, mulai dari lemahnya protokol keselamatan pediatri, keterbatasan obat bermutu, hingga minimnya ketersediaan tenaga spesialis anak. “Anak-anak tidak bisa menyampaikan ketika ada keluhan,” kata Dr N. Paranietharan, Perwakilan WHO untuk Indonesia dalam keterangan resminya, Kamis (18/9/2025). 

Ia menegaskan bahwa obat-obatan dan layanan yang aman, efektif, dan bermutu bukanlah kemewahan, melainkan hak dasar. "WHO akan terus mendukung Kementerian Kesehatan dan bekerja sama dengan mitra untuk membangun sistem kesehatan yang kuat, aman, dan adil bagi semua orang, berapapun usianya," ujarnya.

Baca juga: Studi: Literasi Kesehatan Indonesia Masih Rendah

Selain itu, kesenjangan antara wilayah perkotaan dan pedesaan menambah kerentanan anak-anak terhadap layanan kesehatan yang tidak aman. Meski menghadapi tantangan besar, Indonesia telah mencatat perkembangan positif dalam upaya memperkuat keselamatan layanan kesehatan. 

Antara tahun 2010 hingga 2023, mutu pelayanan kesehatan yang lebih baik berkontribusi pada penurunan 39 persen angka kematian bayi baru lahir dan balita, serta penurunan 32 persen angka kematian anak usia 5–9 tahun.

Sejak tahun 2006, sistem pelaporan insiden keselamatan pasien sudah diberlakukan. Lalu pada tahun 2024, Kementerian Kesehatan memperluas kajian kematian ibu dan bayi baru lahir untuk memperkuat akuntabilitas. 

Bahkan sejak tahun 2022, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memperketat pengawasan obat dan menerapkan aturan baru terkait produksi hingga distribusi obat. Untuk memastikan setiap anak di Indonesia mendapat layanan aman, WHO dan UNFPA menekankan empat prioritas utama, yakni optimalisasi layanan pediatri melalui panduan WHO, cek kesehatan di sekolah, serta integrasi dengan SATUSEHAT untuk deteksi dini stunting, gangguan pendengaran, keterlambatan perkembangan, hingga penyakit kronis.

Kemudian ada penguatan data dan sistem pelaporan agar faktor risiko dan kesenjangan layanan dapat teridentifikasi, sehingga alokasi sumber daya lebih tepat sasaran. Regulasi yang konsisten dengan praktik klinis dengan memastikan obat dan layanan ramah anak diberikan secara tepat dosis, efektif, dan aman.

Pemberdayaan keluarga yakni mendorong orang tua aktif memantau tumbuh kembang, mengikuti pengobatan anak, hingga ikut serta dalam pengambilan keputusan medis.

Keselamatan bayi baru lahir juga sangat berkaitan dengan kesehatan ibu dan proses persalinan. Menurut UNFPA, kualitas tenaga bidan menjadi kunci dalam menyelamatkan nyawa ibu dan anak.

Baca juga: Anemia hingga Alergi, Masalah Kesehatan Anak yang Perlu Dideteksi Dini

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan