Strategi Business Matchmaking Jadi Solusi Kolaboratif Keluar dari Middle Income Trap
Ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) massal dan masifnya adopsi teknologi kecerdasan buatan (AI) yang mulai menggantikan peran manusia
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) massal dan masifnya adopsi teknologi kecerdasan buatan (AI) yang mulai menggantikan peran manusia menciptakan tantangan baru bagi Indonesia.
Di tengah tekanan perlambatan ekonomi global dan transisi industri, Indonesia dihadapkan pada pertanyaan besar: bagaimana menjaga pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan sekaligus keluar dari jebakan pendapatan menengah atau middle income trap?
Jawaban atas tantangan tersebut ditawarkan lewat pendekatan inovatif yang dikembangkan oleh Dr Erwin Suryadi dalam bukunya yang berjudul “The Matchmaker”. Buku ini dibedah dalam diskusi publik yang berlangsung di Jakarta, Sabtu (31/5/2025).
Dalam bukunya yang diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas, Erwin menyoroti urgensi menciptakan ekosistem kolaboratif lintas sektor yang disebutnya sebagai strategi business matchmaking.
Business matchmaking, merupakan sebuah pendekatan yang tak sekadar mempertemukan pelaku usaha, tapi juga membina, mengarahkan, dan menumbuhkan kolaborasi jangka panjang yang saling menguatkan.
“Bonus demografi tidak akan berarti apa-apa jika kita tidak mampu menyerap dan memberdayakan talenta lokal secara sistematis,” kata Erwin.
Menurutnya, pendekatan ekonomi yang hanya berfokus pada mekanisme pasar konvensional—sekadar mempertemukan permintaan dan penawaran—sudah tak lagi relevan di era disrupsi teknologi.
Melalui konsep business matchmaking, Erwin menawarkan gagasan kolaboratif antara pelaku industri besar, UMKM, pabrikan lokal, dan lembaga pendidikan.
Pendekatan ini diarahkan untuk mendorong perbaikan pada tiga aspek kunci: kualitas produk (quality), efisiensi biaya (price), dan ketepatan pengiriman (delivery)—tiga pilar yang menjadi standar daya saing di pasar global.
Warisan Pemikiran Soemitro dan Praktik di Hulu Migas
Konsep ini berakar pada pemikiran Prof. Soemitro Djojohadikusumo, ekonom nasional yang menolak konsep pasar bebas tanpa peran negara.
Dalam pandangan Soemitro, pasar di negara berkembang tidak akan bekerja secara adil tanpa intervensi negara sebagai pengatur dan pelindung pelaku ekonomi lokal.
“Business matchmaking adalah bentuk aktualisasi prinsip Soemitro—di mana negara dan industri besar memiliki tanggung jawab untuk membina dan membuka akses bagi pelaku usaha kecil agar bisa bersaing secara sehat,” jelas Erwin.
Salah satu penerapan konkret dari strategi ini adalah Forum Kapasitas Nasional yang digagas SKK Migas sejak 2021. Melalui forum ini, pelaku industri migas skala besar menjalin kemitraan strategis dengan pabrikan lokal dan UMKM di berbagai daerah.
“Hasilnya terbukti. Banyak pabrikan dalam negeri yang mampu naik kelas dan bahkan menembus pasar ekspor,” ujar Erwin.
Studi Kasus: Dari Lokal ke Global
Contoh nyata keberhasilan business matchmaking ditunjukkan oleh PT Luas Birus Utama, perusahaan lokal yang kini menjadi pemasok komponen industri migas hingga ke Timur Tengah.
Pemutusan Hubungan Kerja
kecerdasan buatan
pertumbuhan ekonomi
bonus demografi
Soemitro Djojohadikusumo
Ramai di Media Sosial Pekerja SPBU Swasta Kena PHK karena Stok BBM Kosong, Ini Kata Kemnaker |
![]() |
---|
Kemnaker Sebut Gudang Garam Tak Lakukan PHK, tapi Pekerja yang Ajukan Pensiun Dini |
![]() |
---|
Dukung Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Ratusan Pelaku Industri Properti Hadiri Simposium Perumahan |
![]() |
---|
Albania Tunjuk AI Jadi 'Menteri' Anti-Korupsi, Mampu Kerja 24 Jam Tanpa Lelah |
![]() |
---|
Cara Buat Foto AI Bareng Idola Realistis & Bikin Baper, Mode Polaroid Gemini AI + Prompt Gratis |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.