Apa Itu Sumitronomics yang Dinilai Menkeu Purbaya Jadi Resep Genjot Ekonomi Indonesia?
Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menilai Sumitronomics menjadi resep ampuh untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Penulis:
Febri Prasetyo
Editor:
Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM – Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menilai Sumitronomics menjadi resep ampuh untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Adapun saat ini Presiden Prabowo Subianto telah menargetkan pertumbuhan ekonomi mencapai 8 persen dalam jangka menengah.
Untuk mencapainya, kata Purbaya, pemerintah harus mendorong aktivitas ekonomi berputar lebih cepat, menggerakkan sektor riil dan meningkatkan daya beli masyarakat, dan mempercepat tercapainya kesejahteraan yang berkeadilan.
Dia menyebut target itu tidak mudah, tetapi tetap bisa diwujudkan.
“Sejarah menunjukkan sebelum krisis keuangan Asia tahun 1997-1998, ekonomi Indonesia tumbuh rata-rata di atas 6 persen. Untuk menjadi negara maju, strategi pembangunan ekonomi Indonesia berbasis pada Sumitronomics,” kata Purbaya dalam sidang paripurna DPR RI mengenai APBN 2026 di Jakarta hari Selasa, (23/9/2025).
Sumitronomics berasal dari nama Sumitro Djojohadikoesoemo, seorang ekonom terkenal sekaligus ayah Prabowo.
Sumitro pernah memegang jabatan mentereng pada masa kepemimpinan Presiden Sukarno dan Suharto. Dia pernah menjadi Menteri Perdagangan dan Industri, Menteri Keuangan, dan Menteri Riset.
Di samping itu, Sumitro dipercaya menjadi Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dari tahun 1951 hingga 1957.
Sumitronomics bisa dipahami sebagai pemikiran ekonomi yang berasal dari Sumitro.
Selain Sumitronomics, ada pula istilah lain yang berasal dari nama tokoh atau pemimpin, misalnya Reaganomics (Ronald Reagan), Bidenomics (Joe Biden), Abenomics (Shinzo Abe), Orbanomics (Viktor Orban), hingga Jokowinomics (Jokowi).
Purbaya mengatakan konsep ekonomi yang Sumitronomics yang digunakan Indonesia akan difokuskan pada tiga hal.
Baca juga: Menkeu Purbaya Beri Waktu Seminggu untuk Pengemplang Pajak Bayar Senilai Rp 60 Triliun
“Pertama, pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Kedua, pemerataan manfaat pembangunan. Ketiga, stabilitas nasional yang dinamis,” ujar Purbaya.
Menurut dia, untuk menjalankan tiga hal itu, mesin-mesin pertumbuhan ekonomi harus dihidupkan.
“Fiskal, sektor keuangan, dan perbaikan ekonomi investisasi harus sinergis mengarahkan perekonomian Indonesia, menggerakkan perekonomian Indonesia, agar dapat tumbuh melampaui 6 persen dalam waktu tidak terlalu lama.
Kata dia, jika mesin-mesin pertumbuhan terjaga keselarasannya, pertumbuhan diharapkan bisa dipacu menuju 8 persen dalam jangka menengah.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.