Selasa, 7 Oktober 2025

Kemenperin Bocorkan Ada Produsen Mobil Listrik dan Baterai Jajaki Investasi di Indonesia

Indonesia menjadi satu dari sekian banyak negara yang dilirik oleh produsen kendaraan listrik untuk melebarkan investasinya.

Penulis: Lita Febriani
Editor: Sanusi
Lita Febriani/Tribunnews.com
KENDARAAN LISTRIK - Transportasi dan Alat Pertahanan (IMATAP) Kementerian Perindustrian Mahardi Tunggul Wicaksono dalam Diskusi Forum Wartawan Industri (Forwin) bertema "Menakar Efektivitas Insentif Otomotif", Jakarta, Senin (19/5/2025). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perang tarif antara Amerika dan China yang sempat menegang sebelumya membuat pemain industri mobil listrik dan baterai dari negeri tirai bambu melirik pasar lain.

Indonesia menjadi satu dari sekian banyak negara yang dilirik oleh produsen kendaraan listrik untuk melebarkan investasinya.

Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian Mahardi Tunggul Wicaksono mengungkap, sudah ada beberapa perusahaan besar asal China yang menjalani komunikasi dengan pihaknya. 

Baca juga: Pemerintah Diminta Evaluasi Insentif Mobil LCGC dan Hybrid untuk Selamatkan Penjualan 

"Ada investor-investor dari Tiongkok yang pada saat Amerika menerapkan pembatasan ataupun kenaikan tarif untuk Tiongkok, beberapa produsen mobil listrik dan baterai listrik berdiskusi dengan kami mengenai bagaimana untuk melakukan investasi ke Indonesia," kata Tunggul dalam diskusi "Menakar Efektivitas Insentif Otomotif" yang digelar Forum Wartawan Industri (Forwin) di Jakarta, Senin (19/5/2025). 

Ketegangan antara Amerika dan China soal tarif dagang memang sudah mereda. Namun, bagaimana ke depan kelanjutan keduanya masih belum dapat diprediksi. 

Amerika sendiri sepakat memangkas tarif resiprokal terhadap produk China dari 145 persen turun menjadi 30 persen. 

Sementara itu, China menurunkan tarif untuk produk Amerika dari 125 persen menjadi hanya 10 persen selama 90 hari ke depan. 

Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara menilai, perang tarif keduanya tidak secara langsung memukul pasar otomotif Tanah Air. Hanya saja, perang tarif yang sempat terjadi menyisakan efek samping, terutama terkait harga produk dan logistik. 

“Tarif resiprokal ini membuat nilai tukar juga naik turun. Jadi seperti banyak ditanyakan, ini juga dikhawatirkan mempengaruhi harga produk dan logistik yang ikut terganggu," kata Kukuh.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved