Senin, 29 September 2025

Pemerintah Diminta Evaluasi Insentif Mobil LCGC dan Hybrid untuk Selamatkan Penjualan 

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mendukung evaluasi insentif otomotif demi memajukan industri nasional.

|
GridOto.com/Rian
INSENTIF INDUSTRI OTOMOTIF - Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mendukung evaluasi insentif otomotif demi memajukan industri nasional. 

TRIBUNNEWS, JAKARTA - Pemerintah saat ini memberikan insentif untuk pembelian mobil listrik atau Battery Electric Vehicle (BEV) lebih besar dari insentif untuk Low Cost Green Car (LCGC) maupun Hybrid Electric Vehicle (HEV).

BEV impor atau CBU untuk tes pasar saat ini mendapatkan insentif bea masuk (BM) nol persen dari seharusnya 50 persen, PPnBM nol persen dari seharusnya 15 persen.

Total pajak yang dibayar ke pemerintah pusat BEV CBU hanya 12 persen dari seharusnya 77 persen. Syaratnya, pemain BEV harus membuka bank garansi dan komitmen produksi 1:1 dengan spesifikasi minimal sama dan impor hanya dilakukan hingga 2026. 

Baca juga: Menperin Agus Gumiwang Soroti Potensi Insentif Mobil Berbahan Bakar Hidrogen

Sedangkan Hybrid dan LCGC hanya mendapatkan PPnBM DTP 3 persen. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mendukung evaluasi insentif otomotif demi memajukan industri nasional.

"Kita lihat market share-nya, hybrid itu terakhir 7,2 persen, sementara electric vehicle-nya sudah 9,3 persen. Jadi xEV kita sudah 16 persen lebih. Pasarnya nggak tumbuh tapi makan dari konvensional. Yang kemakan adalah dari LCGC dan juga yang konvensional non-LCGC. Kita lihat LCGC dan non-LCGC turun menjadi 83 persen," ungkap Kukuh dalam diskusi "Menakar Efektivitas Insentif Otomotif" yang digelar Forum Wartawan Industri (Forwin) di Jakarta, Senin (19/5/2025). 

Dalam jangka pendek pemerintah bisa mengucurkan insentif pajak ke semua teknologi, mengingat porsi komponen ke harga mobil saat ini sangat tinggi, sekitar 50 persen.

Sebagai contoh, Hybrid mungkin bisa diberikan PPN DTP 5 persen, sedangkan LCGC bisa 3 persen untuk kembali menggairahkan pasar.

Selain itu, pemerintah perlu mempertimbangkan lagi insentif PPnBM-DTP mobil rakitan lokal bermesin pembakaran internal (internal combustion engine/ICE), seperti yang dilakukan pada 2021 untuk merespons pandemi Covid-19.

Pada tahun itu, penjualan mobil bangkit menjadi 887.000 unit dari tahun 2020 sebanyak 578.000 unit. Pasar mobil kemudian pulih menembus 1 juta unit pada tahun 2022.

Selanjutnya, pasar mobil kemudian turun pada 2024 menjadi 865.000 unit pada 2024, seiring pelemahan daya beli masyarakat, pengetatan kredit dan meningkatnya ketidakpastian ekonomi dunia.

Hingga April 2025, penjualan mobil turun 2,9 persen menjadi 256.000 unit, dibandingkan periode sama tahun lalu 264.000 unit. 

Jika angka itu dihitung dalam setahun, penjualan mobil 2025 turun 11 persen menjadi 769.000 unit. Artinya, penjualan mobil telah turun selama dua tahun beruntun dan layak disebut sedang mengalami krisis. 

"Dengan pemberian insentif, total penjualan mobil bisa meningkat, bahkan menyentuh titik optimal 3 juta unit per tahun, setara dengan Meksiko. Hitungan ini berdasarkan rata-rata penjualan mobil bekas per tahun yang mencapai 2 juta unit. Artinya, jika jumlah itu dialihkan ke mobil baru, penjualan bisa mencapai 3 juta unit," imbuh Kukuh.

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan