Sabtu, 4 Oktober 2025

Daftar Saham Diborong Asing Jelang Lebaran, IHSG Menghijau dan Wall Street Ambruk Ulah Trump

Total volume perdagangan saham di BEI pada Kamis mencapai 13,89 miliar dengan nilai transaksi Rp 10,80 triliun.

TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
BURSA EFEK INDONESIA - Pengunjung beraktivitas di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Pada perdagangan terakhir jelang libur panjang lebaran 2025, Kamis (27/3/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 38,26 poin atau naik 0,59% ke level 6.510,62 pada penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Tak hanya saham AS, pasar saham Eropa berakhir di zona merah terseret kejatuhan saham otomotif. Seperti misalnya Indeks pan-Eropa STOXX 600 jatuh 0,44 persen atau 2,42 poin menjadi 546,31 pada penutupan perdagangan Kamis 27 Maret 2024 atau Jumat pagi WIB. 

DAX Jerman anjlok 0,7 persen atau 160,29 poin menjadi 22.678,74. Indeks FTSE 100 Inggris tak kalah tertekan, turun 0,27 persen atau 23,47 poin menjadi 8.666,12. CAC Prancis juga merosot 0,51 persen atau 40,57 poin jadi 7.990,11.

Kebijakan Agresif Trump Jadi Pemicunya

Adapun kemerosotan pasar saham hari ini terjadi buntut risalah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengumumkan bahwa pemerintahannya resmi memberlakukan tarif impor hingga 25 persen bagi semua kendaraan dan suku cadang mobil buatan luar negeri.

Nantinya kebijakan tarif impor ini tak hanya berlaku untuk kendaraan rakitan luar AS, tetapi juga meliputi komponen otomotif seperti mesin dan transmisi.

Trump menilai kebijakannya ini diberlakukan untuk mendatangkan lebih banyak pekerjaan manufaktur ke AS.

Selain itu mengenakan tarif tinggi pada mobil impor merupakan bagian dari strategi ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan pemerintah, menghidupkan kembali industri dalam negeri, dan menekan negara lain agar memenuhi prioritas perdagangan AS.

Meski demikian, kebijakan ini berpotensi merusak hubungan perdagangan dengan mitra utama seperti Jepang, Korea Selatan, Kanada, Meksiko, dan Jerman, yang selama ini menjadi pemasok utama kendaraan ke Amerika Serikat.

Hal ini berpotensi memicu terjadinya aksi saling balas dari sejumlah negara yang terdampak, alasan tersebut yang membuat investor ketar-ketir hingga Investor memangkas eksposur mereka ke ekuitas AS, menyeret S&P 500 dan Nasdaq turun 10 persen dari puncak rekor merea awal bulan ini.

 

(Tribunnews/Kontan/ Noverius Laoli)

 

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved