Daftar Saham Diborong Asing Jelang Lebaran, IHSG Menghijau dan Wall Street Ambruk Ulah Trump
Total volume perdagangan saham di BEI pada Kamis mencapai 13,89 miliar dengan nilai transaksi Rp 10,80 triliun.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Investor asing memborong sejumlah saham jelang Lebaran 2025.
Pada perdagangan terakhir jelang libur panjang lebaran 2025, Kamis (27/3/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 38,26 poin atau naik 0,59 persen ke level 6.510,62 pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sebanyak Sembilan indeks sektoral menguat dan dua melemah. Sektor yang naik paling tinggi antara lain sektor propertI dan real estate 1,75%, sektor perindustrian 1,35%, sektor barang baku 0,72%, sektor keuangan 0,56%, sektor Kesehatan 0,55?n sektor barang konsumer primer 0,49%.
Baca juga: Respons Melemahnya Rupiah dan Turunnya IHSG, Airlangga Tegaskan Fundamental Ekonomi Indonesia Kuat
Adapun sektor yang melemah adalah infrastruktur dan transportasi masing-masing turun 0,93?n 0,16%.
Total volume perdagangan saham di BEI pada Kamis mencapai 13,89 miliar dengan nilai transaksi Rp 10,80 triliun.
Ada 359 saham yang menguat, 230 saham yang melemah dan 206 saham lainnya yang stagnan.
Investor asing Kembali melanjutkan net buy sebesar Rp 623,46 miliar.
Pada perdagangan sebelumnya, Rabu (25/3) asing juga membukukan net buy jumbo Rp 2,58 triliun.
Berikut 10 saham net buy terbesar asing pada Kamis:
- PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp 341,25 miliar
- PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 184,05 miliar
- PT Astra International Tbk (ASII) Rp 81,53 miliar
- PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) Rp 34,54 miliar
- PT Capital Financial Indonesia Tbk (CASA) Rp 25,79 miliar
- PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) Rp 24,6 miliar
- PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) Rp 23,51 miliar
- PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp 17,35 miliar
- PT XL Axiata Tbk (EXCL) Rp 13,69 miliar
- PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) Rp 11,18 miliar
Wall Street Ambruk
Di sisi lain, mayoritas saham Amerika yang diperdagangkan di bursa Wall Street ambruk, di buka di zona merah usai Presiden Donald Trump mengumumkan tarif baru terhadap produsen otomotif asing.
Mengutip data Reuters, Indeks Dow Jones Industrial Average dibuka turun 155,09 poin, atau 0,37 persen jadi 42.299,70. Penurunan serupa juga terjadi pada Indeks S&P 500 tang anjlok 0,33 persen ke 5.693,31, sementara Nasdaq Composite merosot 0,53 persen ke 17.804,03.
Adapun penurunan ini terjadi usai mayoritas saham produsen mobil, dengan rantai pasokan yang luas melintasi Amerika Utara mengalami kemerosotan nilai, mencapai level terendah pada perdagangan Kamis (27/3/2025).
Seperti misalnya saham General Motors turun 8,2 persen, sementara Ford amblas 2,7 persen. Diikuti kemerosotan saham produsen suku cadang mobil seperti Aptiv dan BorgWarner masing-masing turun sekitar 6 persen.
Penurunan ini yang kemudian memicu pergerakan negatif bursa Wall Street hingga tiga saham unggulan AS itu mencatatkan rapor merah pada pembukaan perdagangan hari ini.
Tak hanya saham AS, pasar saham Eropa berakhir di zona merah terseret kejatuhan saham otomotif. Seperti misalnya Indeks pan-Eropa STOXX 600 jatuh 0,44 persen atau 2,42 poin menjadi 546,31 pada penutupan perdagangan Kamis 27 Maret 2024 atau Jumat pagi WIB.
DAX Jerman anjlok 0,7 persen atau 160,29 poin menjadi 22.678,74. Indeks FTSE 100 Inggris tak kalah tertekan, turun 0,27 persen atau 23,47 poin menjadi 8.666,12. CAC Prancis juga merosot 0,51 persen atau 40,57 poin jadi 7.990,11.
Kebijakan Agresif Trump Jadi Pemicunya
Adapun kemerosotan pasar saham hari ini terjadi buntut risalah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengumumkan bahwa pemerintahannya resmi memberlakukan tarif impor hingga 25 persen bagi semua kendaraan dan suku cadang mobil buatan luar negeri.
Nantinya kebijakan tarif impor ini tak hanya berlaku untuk kendaraan rakitan luar AS, tetapi juga meliputi komponen otomotif seperti mesin dan transmisi.
Trump menilai kebijakannya ini diberlakukan untuk mendatangkan lebih banyak pekerjaan manufaktur ke AS.
Selain itu mengenakan tarif tinggi pada mobil impor merupakan bagian dari strategi ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan pemerintah, menghidupkan kembali industri dalam negeri, dan menekan negara lain agar memenuhi prioritas perdagangan AS.
Meski demikian, kebijakan ini berpotensi merusak hubungan perdagangan dengan mitra utama seperti Jepang, Korea Selatan, Kanada, Meksiko, dan Jerman, yang selama ini menjadi pemasok utama kendaraan ke Amerika Serikat.
Hal ini berpotensi memicu terjadinya aksi saling balas dari sejumlah negara yang terdampak, alasan tersebut yang membuat investor ketar-ketir hingga Investor memangkas eksposur mereka ke ekuitas AS, menyeret S&P 500 dan Nasdaq turun 10 persen dari puncak rekor merea awal bulan ini.
(Tribunnews/Kontan/ Noverius Laoli)
Sesko TNI Dukung Program 'Pilah' Bank Sampah, Bagian dari Ekonomi Sirkular |
![]() |
---|
Menkeu Purbaya Guyur Himbara Rp200 Triliun, DPR: Enggak Masalah, Asal Tepat Sasaran |
![]() |
---|
Kate Middleton Berkilau di Hadapan Donald Trump: Chanel Klasik dan Tiara Diana Jadi Sorotan |
![]() |
---|
Motif Ekonomi Diduga Menjadi Penyebab Dua Oknum Kopassus Terjerat Kasus Pembunuhan Kacab Bank BUMN |
![]() |
---|
Menu Mewah Jamuan Trump di Inggris: Ayam Norfolk, Es Krim Raspberry, hingga Cognac 191 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.