Senin, 29 September 2025

Industri Kimia Berpeluang Jadi Motor Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

Industri kimia merupakan sektor yang strategis dan berperan penting terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Penulis: Lita Febriani
Editor: Sanusi
Lita Febriani/Tribunnews.com
INDUSTRI KIMIA - Diskusi Forum Wartawan Industri (Forwin) Peluang dan Tantangan Industri Kimia sebagai Proyek Strategis Nasional dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi, Jakarta, Jumat (14/3/2025). Industri kimia memiliki peluang tumbuh yang cukup besar yang berasal dari demand terhadap produk petrokimia yang tinggi untuk pasar domestik. (Tribunnews.com/Lita Febriani). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tahun 2024, kelompok sektor Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional (IKFT) mampu tumbuh sebesar 5,86 persen, melampaui pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,03 persen. 

Industri kimia sendiri merupakan sektor yang strategis dan berperan penting terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Oleh karenanya, industri kimia menjadi bagian dari sektor yang mendapat prioritas pengembangan sesuai Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2025 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

Baca juga: Menperin: Pembangunan Refinery Jadi Game Changer Pertumbuhan Industri Petrokimia

Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Taufiek Bawazier, mengatakan sebagai sektor strategis, selama ini produksi industri kimia memenuhi kebutuhan bahan baku bagi sektor manufakturnya lain, seperti industri plastik dan industri tekstil. 

"Maka dari itu pentingnya demand bahan baku kimia ini perlu diisi dari produksi dalam negeri, karena tentu akan membawa dampak positif terhadap peningkatan value added, yang juga akan berujung pada penyerapan tenaga kerja," tutur Taufiek pada acara diskusi dengan Forum Wartawan Industri (Forwin) Peluang dan Tantangan Industri Kimia sebagai Proyek Strategis Nasional dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi, Jakarta, Jumat (14/3/2025).

Baca juga: Menperin: Manufaktur Tumbuh dan Menyerap Tenaga Kerja Baru Lebih Banyak dari PHK

Taufiek melanjutkan, kinerja industri kimia memberikan andil signfikan terhadap target pemerintah dalam mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen pada lima tahun ke depan. 

"Untuk mencapai sasaran tersebut, sektor IKFT yang termasuk di dalamnya ada peran industri kimia, akan memberikan kontribusi nilai tambah sebesar Rp 46,09 triliun pada tahun 2029," ungkapnya. 

Tahu lalu, industri kimia juga memberikan kontribusi signifikan terhadap penerimaan devisa. Dimana capaian nilai ekspornya menembus 17,39 miliar dolar AS.

Guna memacu kinerja industri kimia, Taufiek menyebut, Indonesia perlu menumbuhkan ekosistem sektor petrokimia dan energi yang terintegrasi, sehingga bisa lebih berdaya saing. 

"Realisasi investasi industri kimia sepanjang tahun 2024 menyentuh angka Rp 65,76 triliun. Untuk mendorong investasi di sektor ini, Kemenperin melaksanakan program kebijakan fasilitasi investasi industri petrokimia seperti di Teluk Bintuni, Tanjung Enim dan Kutai Timur," ucapnya.

Satu pelaku industri kimia yang getol memperluas investasi adalah PT Chandra Asri Pacific Tbk.

Saat ini, Chandra Asri Group memiliki kompleks petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia dan mengoperasikan satu-satunya pabrik Naphtha Cracker, Styrene Monomer, Butadiene, MTBE dan Butene-1 di Indonesia.

Baca juga: Menperin Usul Produsen Turunkan Harga Mobil, Ini Kata Bos Toyota dan Pengamat Otomotif

Perusahaan telah didukung oleh aset infrastruktur inti yang meliputi fasilitas energi, air dan dermaga dan tangki, dengan pengembangan pabrik Chlor Alkali dan EDC - Ethylene Dichloride (Pabrik CA-EDC).

Direktur Legal, Hubungan Eksternal dan Ekonomi Sirkular PT Chandra Asri Pacific Tbk Edi Rivai, menyampaikan sejak 30 tahun perusahaan optimis untuk mendukung pengembangan industri petrokimia dan kimia di Indonesia. 

"Chandra Asri Group melalui PT Chandra Asri Alkali (CAA) tengah membangun Pabrik CA-EDC berskala dunia dengan harapan dapat menunjang percepatan pertumbuhan industri hilir nasional, substitusi impor soda kostik untuk mendukung ambisi Indonesia sebagai salah satu penghasil nikel terbesar di dunia, sekaligus memposisikan diri dalam rantai nilai kendaraan listrik global," jelas Edi.

Halaman
12

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan