Senin, 29 September 2025

Defisit Anggaran Amerika Tembus 1,15 Triliun Dolar AS di Februari 2025

Hingga akhir Februari, penerimaan negara naik 2 persen menjadi 1,893 triliun dolar AS, tetapi belanja melonjak 13 persen jadi 3,039 triliun dolar AS.

YouTube The White House
DONALD TRUMP - Foto ini diambil pada Kamis (13/3/2025) dari YouTube The White House memperlihatkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Hingga akhir Februari, penerimaan negara naik 2 persen menjadi 1,893 triliun dolar AS, tetapi belanja melonjak 13 persen menjadi 3,039 triliun dolar AS. 

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Departemen Keuangan AS melaporkan defisit anggaran Amerika Serikat (AS) tahun fiskal 2025 mengalami pembengkakan, tembus mencapai 1,147 triliun dolar sekitar Rp 18.911 triliun per Februari 2025.

Lonjakan defisit AS mencapai rekor tertinggi sejak 1 Oktober, meningkatan sekitar 17 persen bila dibandingkan tahun sebelumnya setelah disesuaikan.

Namun usai Donald Trump maju pemimpin tertinggi AS, defisit semakin naik. Khusus Februari ini saja, defisit tercatat lebih dari 307 miliar dolar atau Rp 5.048 triliun, hampir 2½ kali lipat dari bulan Januari.

Mengutip dari CNBC International, Defisit AS meningkat karena pengeluaran untuk bunga utang pemerintah mencapai 478 miliar dolar AS, melonjak 10 persen dari tahun sebelumnya. Angka ini bahkan telah melampaui total anggaran pertahanan sebesar 380 miliar dolar AS.

Baca juga: Kinerja APBN 2025 Defisit Rp31,2 Triliun, Menkeu Sri Mulyani Sebut Masih Terkendali

Kondisi ini semakin diperparah dengan membengkaknya pengeluaran untuk Jaminan Sosial yang naik 8 persen jadi 663 miliar dolar AS. Sementara pembayaran Kredit Pajak Anak dan tunjangan perawatan kesehatan tahun 2025 terus membanjiri pertumbuhan pendapatan.

Alasan tersebut yang membuat defisit AS terus meningkat,  sejumlah upaya telah dilakukan Trump untuk menekan pertumbuhan defisit.

Termasuk diantaranya dengan memberlakukan kebijakan tarif impor Trump pada mitra dagang utama serta memangkas pengeluaran pemerintah.

Namun nyatanya upaya ini berdampak sedikit, Pengeluaran pemerintah AS masih jauh melampaui pendapatan, alhasil defisit AS terus menerus terjadi hingga membengkak tajam.

Hingga akhir Februari, penerimaan negara naik 2 persen menjadi 1,893 triliun dolar AS, tetapi belanja melonjak 13 persen menjadi 3,039 triliun dolar AS.

Sementara itu mengutip Reuters, Komite Anggaran Federal yang Bertanggung Jawab, sebuah kelompok pengawas fiskal, mengatakan pinjaman pemerintah selama tahun fiskal ini telah mencapai sekitar 8 miliar dolar AS setara Rp 131 triliun per hari.

Membesarnya defisit ini diproyeksi dapat memperumit upaya Presiden Donald Trump untuk memperpanjang dan memperluas kebijakan pemotongan pajak tahun 2017, yang sebagian besar akan berakhir pada akhir tahun ini.

Kelompok konservatif fiskal di Partai Republik mungkin akan mendorong langkah-langkah kompensasi lebih lanjut agar kondisi anggaran tidak semakin memburuk.

Hal senada juga diungkapkan oleh Pendukung kebijakan pemotongan pajak yang berpendapat bahwa pihaknya tidak akan memperpanjang insentif ini karena dapat membahayakan pertumbuhan ekonomi Amerika di masa mendatang, mengakibatkan suku bunga yang lebih tinggi, inflasi, atau melemahnya dolar AS.

 

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan