Aliansi Ekonom Beberkan Dampak Negatif Program MBG, Food Waste hingga Kenaikan Harga Pangan
Aliansi Ekonom Indonesia (AEI) menyoroti potensi dampak negatif dari pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aliansi Ekonom Indonesia (AEI) menyoroti potensi dampak negatif dari pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Perwakilan AEI Vid Adrison mengatakan, pelaksanaan MBG bisa memicu terjadinya food waste. Food waste berarti makanan yang masih layak dikonsumsi namun terbuang atau tidak dimakan.
"Sederhananya orang tidak akan makan lebih dari 3 kali. Tidak akan makan lebih dari 3 kali. Jadi artinya akan ada orang yang sudah tercukupi mereka akan konsumsi," ujar Vid usai menghadiri rapat bersama Menko Perekonomian Airlangga Hartarto di Kemenko Perekonomian, Senin (29/9/2025).
Baca juga: 27 Murid SD di Palangka Raya Sakit Perut usai Konsumsi Menu MBG Lauk Burger, Diduga Keracunan
Vid menyebut, MBG juga bisa menimbulkan keracunan makanan. Sebab kata dia, proses pembuatan MBG memakan waktu yang lama sampai akhirnya dikonsumsi oleh para siswa.
"Agar itu layak konsumsi itu kan membutuhkan storage delivery unit yang baik terus kemudian di sekolah juga harus disimpan dengan baik sehingga akhirnya bisa dimakan dengan layak. Itu kan membutuhkan initial cost yang salah satu," tutur dia.
Program MBG secara masif justru bisa meningkatkan harga pangan. Menurut Vid, permintaan yang besar dari dapur MBG akan mengakibatkan harga produk yang tersisa di pasar lebih sedikit sehingga memicu kenaikan harga.
"Implikasinya adalah ada kenaikan harga dan ingat kenaikan harga ini akan dirasakan oleh setiap pihak. Yang agak berat adalah bagi orang yang miskin," ucap Vid.
"Bagi orang yang miskin ketika harga makanan naik itu akan punya dampak yang sangat-sangat besar bagi nilai kehidupan mereka sehingga bisa saja pemerintah harus mengeluarkan uang yang lebih besar untuk memberikan transport, untuk bantuan," sambungnya.
Diketahui, belakangan berita tentang gejala keracunan pelajar imbas mengonsumsi menu Makan Bergizi Gratis (MBG) mencuat di sejumlah daerah di Indonesia.
MBG adalah program inisiatif pemerintah Indonesia sebagai visi Presiden Prabowo Subianto bertujuan untuk meningkatkan kualitas gizi anak-anak sekolah melalui pemberian makanan bergizi secara gratis.
Baca juga: Pelajar Kecewa Terima Menu MBG Tanpa Nasi, Kepala Sekolah: Tanggungjawab Dapur
Program ini diluncurkan sebagai bagian dari strategi pembangunan sumber daya manusia, dengan harapan menciptakan generasi yang sehat, cerdas, dan berdaya saing tinggi.
Badan Gizi Nasional (BGN) menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat atas kejadian yang menimbulkan keramaian publik.
“Target kita adalah nol kejadian. Karena itu, tata kelola dapur dan distribusi akan terus kami perbaiki,” ujar Kepala BGN, Dadan Hindayana dalam konferensi pers, Rabu (24/9/2025).
Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang, menyatakan pihaknya telah membentuk tim investigasi yang terdiri dari ahli kimia untuk menelusuri penyebab keracunan. Hotline khusus juga disiapkan untuk memudahkan pelaporan dari masyarakat.
“Kami tidak main-main. Tim investigasi akan bekerja langsung di lapangan,” tegas Nanik.
Sambangi Menko Airlangga, Aliansi Ekonom Indonesia Desak Program MBG Dihentikan |
![]() |
---|
Respons dan Harapan Orang Tua Seiring Maraknya Pemberitaan Keracunan MBG |
![]() |
---|
Anggota DPR Irma Suryani Sebut Program MBG di Indonesia Tak Perlu Diatur UU Seperti di Finlandia |
![]() |
---|
52 Siswa SMPN 4 Pamarican di Ciamis Keracunan MBG, Menu Ayam dan Labu Diduga Jadi Biang Kerok |
![]() |
---|
Guru di Jakarta Ungkap Momen Temukan Daging Sandwich Menu MBG Diduga Belum Matang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.