Hadapi Dampak Kebijakan Donald Trump, OJK Ingatkan Hal Ini ke Perbankan Nasional
Dian mengingatkan kembali bahwa Indonesia pernah menghadapi krisis perbankan global dan berhasil mengatasinya dengan baik.
Penulis:
Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor:
Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengingatkan perbankan bahwa prinsip kehati-hatian menjadi kunci utama dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global yang muncul akibat kebijakan Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Donald Trump.
Dian mengingatkan kembali bahwa Indonesia pernah menghadapi krisis perbankan global dan berhasil mengatasinya dengan baik.
“Penerapan prinsip kehati-hatian bank kita itu sudah cukup bagus, bahkan semenjak reformasi tahun 1998 banyak sekali perubahan peraturan perundangan dan juga peningkatan rasio-rasio keuangan yang sesuai dengan international standard," kata Dian dalam konferensi pers Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2025 di JCC Senayan, Jakarta, Selasa (11/2/2025).
Baca juga: OJK Ramal Pertumbuhan Penyaluran Kredit Perbankan di 2025 Tak Lebih dari 11 Persen
"Kita bisa dikatakan mungkin good student dari BCBS, sehingga kita justru menerapkan apapun yang ditetapkan oleh international standard," lanjutnya.
Dian menilai penerapan prinsip kehati-hatian menjadi sangat penting di tengah ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan-kebijakan Presiden AS Donald Trump.
Menurutnya, kebijakan tersebut telah menyebabkan terjadinya pembalikan arah yang drastis, yang menambah ketidakpastian di pasar global.
"Ini sebetulnya penerapan prinsip kehati-hatian ini akan menjadi kuncinya, saya kira, dalam menghadapi ketidakpastian. Apa yang terjadi sebenarnya dengan kebijakan Amerika Serikat di bawah Donald Trump itu kan bisa dikatakan itu me-reverse kebijakan Amerika sekarang yang sangat luar biasa," ujar Dian.
"Saya kira ini juga akan meng-create uncertainty yang luar biasa,” lanjutnya.
Selain itu, ketegangan global seperti yang terlihat dalam hubungan antara AS dan negara-negara lainnya seperti Kanada, Meksiko, dan China, juga akan memiliki andil terhadap perdagangan dunia.
Sebagaimana diketahui, Donald Trump sempat mengenaka tarif 25 persen pada semua barang dari Meksiko dan Kanada.
Selain itu, tarif sebesar 10 persen juga dikenakan pada ekspor minyak dari Kanada dan barang-barang dari China.
Namun, ia akhirnya menyetujui penghentian sementara ancaman tarif terhadap Meksiko dan Kanada selama 30 hari.
Berbeda dengan Meksiko dan Kanada, China masi tetap diberlakukan tarif tambahan. Pemerintah China akhirnya mengajukan keluhan ke WTO terkait kebijakan tarif impor yang dikenakan AS kepada mereka.
"Ini kalau kita lihat apa yang terjadi dengan China, saya kira tensinya masih sangat tinggi," ujar Dian.
Tak hanya pada permasalahan perdagangan, kebijakan Trump juga memengaruhi kebijakan moneter di AS, yang berpotensi mempengaruhi suku bunga.
Hal ini pada gilirannya dapat berdampak pada arus investasi ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Ini akan berpengaruh ya kepada dana investasi yang masuk keluar ke negara-negara berkembang. Jadi saya kira memang ini juga salah satu isu yang memang harus kita hadapi," pungkas Dian.
Trump Murka gara-gara Eskalator PBB Mati, AS Ancam Pecat Pegawai yang Lalai |
![]() |
---|
Macron Telepon Trump Karena Dilarang Polisi Menyeberang Jalan di New York |
![]() |
---|
Trump Incar Nobel Perdamaian, Macron: Akhiri Perang Gaza Dulu |
![]() |
---|
5 Populer Internasional: Konflik AS dan Venezuela Berlanjut - Masalah Mikrofon Mati di Sidang PBB |
![]() |
---|
Trump Ajak Prabowo dan Pemimpin Arab Muslim Kumpul, Bahas Cara Akhiri Perang Gaza |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.