Tribunners / Citizen Journalism
Perspektif Stoikisme dalam Kehidupan Mahasiswa Baru
Sebagai makhluk sosial, kita sering kali overthinking terhadap lingkungan sekitar. Penelitian juga menunjukkan, mahasiswa sering mengalami kecemasan.
Berikut poin serta contoh penerapan Stoikisme dalam bersosial:
1. Fokus pada Hal yang Bisa Dikendalikan
Dilihat dari sudut pandang sosiologi, stoikisme berhubungan dengan Das Sein dan Das Sollen. Stoikisme mengajarkan manusia untuk menerima kenyataan sebagaimana adanya dan sudah seharusnya mereka hidup sesuai rasio, keadilan, dan kebijaksanaan.
Sering kali kita meluapkan emosi dan energi terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak bisa mengubah apa pun. Contohnya, kita tidak mengendalikan persepsi pandangan orang terhadap diri kita.
Tidak peduli seberapa keras kita berbuat baik bahkan menolong orang-orang, akan selalu ada banyak pandangan, baik positif maupun negatif. Hal yang bisa dikendalikan adalah bagaimana kita bersikap, apakah sudah sesuai dengan aturan dan norma?
Dengan mengikuti hal tersebut dan bersikap tenang saat ada orang yang memiliki pandangan berbeda, kita sudah menerapkan salah satu nilai dari Stoikisme.
2. Menghadapi Masalah dengan Tenang
Poin ini kelihatannya sangat sederhana. Namun, sebagian orang masih sering membuat hidupnya keberatan dengan memikirkan hal yang sebenarnya tidak akan mengubah apa-apa.
Ajaran Stoikisme pun berkaitan erat dengan Teori Fungsionalisme. Teori ini mengajarkan, masalah sosial merupakan disfungsi atau gangguan sementara dalam sistem.
Agar sistem dapat berjalan, kita harus beradaptasi dan menemukan mekanisme penyesuainnya.
Contohnya, saat ada teman yang memilih menjauh karena mempunyai pandangan negatif terhadap kita, Stoikisme mengajarkan untuk tidak perlu memikirkan apa yang dikatakan orang lain. Cukup menjadikan hal itu sebagai bahan evaluasi.
Jika kita merasa apa yang dilakukan tidak ada yang menyalahi aturan atau norma sosial, tidak perlu terlalu dipikirkan. Berusahlah tenang, menerima keadaan, dan tetap berada pada pendirian diri sendiri.
Yang perlu digarisbawahi, Stoikisme tidak mengajarkan anti-kritik, tapi anjuran untuk menerima masukan dari orang lain.
Jika merasa relevan dengan pendapat itu, kita jadikan sebagai pelajaran dan evaluasi diri. Jika tidak relevan, biarkan orang lain berpendapat sesuai keinginannya. Sementara kita tetap pada pendirian dan evaluasi diri.
3. Menyikapi Kritik atau Gosip
Sumber: TribunSolo.com
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Menampung Berkah dari Langit: Solusi Air Bersih Berbasis Masjid untuk Warga |
![]() |
---|
Kolaborasi UNS dan Unisri Kembangkan Digiwisata Kerajinan Tembaga di Cepogo Boyolali |
![]() |
---|
Pakar Tekankan RUU Perampasan Aset Harus Dibahas Ketat dan Hati-Hati, Agar Tak Ada Kriminalisasi |
![]() |
---|
Generasi Muda Diminta Kuasai Digital Skill, Kreativitas, dan Siap Ciptakan Lapangan Kerja |
![]() |
---|
Update Demo Jogja-Jawa Tengah: Ketua DPRD DIY Temui Massa hingga Polda Jateng Dibekali Peluru Karet |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.