Minggu, 5 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Perspektif Stoikisme dalam Kehidupan Mahasiswa Baru

Sebagai makhluk sosial, kita sering kali overthinking terhadap lingkungan sekitar. Penelitian juga menunjukkan, mahasiswa sering mengalami kecemasan.

Editor: Sri Juliati
freepik.com/wayhomestudio
OVERTHINKING - Ilustrasi seorang mahasiswa baru yang overthinking, diambil dari freepik.com, Rabu (1/10/2025). Sebagai makhluk sosial, kita sering kali overthinking terhadap lingkungan sekitar. Penelitian juga menunjukkan, mahasiswa sering mengalami kecemasan saat menghadapi ujian atau saat menyusun tugas akhir, terutama skripsi. 

oleh: Moses Julian Yohanes Putra
Mahasiswa S1 Sosiologi FISIP UNS 2025

TRIBUNNEWS.COM - Kecemasan yang dialami mahasiswa merupakan fenomena kompleks yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk akademis, sosial, dan situasional.

Salah satu penyebab utama kecemasan pada mahasiswa adalah tekanan akademik yang tinggi. 

Penelitian oleh Riyanto, mengidentifikasi teknik relaksasi pernapasan sebagai metode efektif untuk mengurangi kecemasan ketika menghadapi skripsi (Riyanto, 2023).

Selain itu, Melliasany dan Perceka menekankan pentingnya memahami bagaimana berbagai faktor emosional dapat mempengaruhi motivasi belajar di kalangan mahasiswa keperawatan ketika menghadapi ujian kompetensi (Melliasany & Perceka, 2021).

Hal ini menunjukkan, kecemasan dapat mengganggu kesehatan mental dan hasil belajar akademis mahasiswa. 

Sebagai makhluk sosial, kita sering kali overthinking terhadap lingkungan sekitar. Penelitian juga menunjukkan, mahasiswa sering mengalami kecemasan saat menghadapi ujian atau saat menyusun tugas akhir, terutama skripsi. 

Kecemasan ini tidak hanya berhubungan dengan kinerja akademik, tetapi juga dapat berdampak pada kesejahteraan psikologis dan kualitas tidur mahasiswa.

Contoh lainnya saat berada di lingkungan pertemanan, kita sering merasa takut atau cemas ketika salah satu teman meninggalkan atau mengecewakan.

Berbagai masalah itu sering muncul di lingkungan sosial. Hal itu merupakan fenomena sosial yang wajar terjadi. 

Namun di sini kita akan membedah permasalahan tersebut dari sudut pandang Stoikisme.

Baca juga: Jejak Digital Cerminan Reputasi, Kemnaker Ajak Mahasiswa Baru Gunakan Media Sosial dengan Bijak

Pada abad 300 SM, lahirlah sebuah aliran filsafat bernama "Stoicism" atau sering kali menyebutnya Stoikisme. Didirikan oleh Zeno dari Citium, tapi dipopulerkan oleh Marcus Aurelius. 

Stoikisme atau Stoicism adalah aliran filsafat yang lahir di Yunani kuno sekitar abad ke-300 SM. Aliran ini didirikan oleh Zeno dari Citium yang kemudian dipraktikkan dan diperkuat oleh tokoh-tokoh besar Romawi seperti Marcus Aurelius.

Saat itu, Marcus Aurelius menuliskan karya "Meditations" yang sebenarnya hanya sebatas catatan pribadi, karena sifatnya personal, isinya terasa jujur, dan relatable. Namun ternyata, ia tidak sekedar menulis, tetapi juga mempraktikkan serta membuktikkan aliran Stoikisme.

Pada dasarnya, Stoikisme mempunyai prinsip "Fokus dengan apa yang bisa dikendalikan dan hidup selaras dengan alam dengan menerima nasib apa adanya." Nilai-nilai dan esensi yang ada dalam Stoikisme berkaitan erat dengan psikologi modern, sosiologi, self development, dan coping mechanisms. 

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved