Tribunners / Citizen Journalism
Rokok Ilegal dan Ikhtiar Menjawab Ketidakadilan di Madura Jawa Timur
Mereka mengeluh keringat perjuangan mereka menanam tembakau dibalas dengan air tuba.Tembakau saat sudah kering dan siap dijual justru ada rokok ilegal
Editor:
willy Widianto
Oleh: Moh. Ilyas, Putra Madura Asli, Staf Ahli Wakil Menteri Desa dan Dosen Ilmu Politik Universitas Jakarta
“Kita bisa menghabiskan hidup kita untuk mengutuk ketidakadilan yang menimpa kita, atau kita bisa menanggapi seruan yang jauh lebih besar yang memanggil kita untuk bangkit dengan kekuatan yang teguh melawannya.”
― Craig D. Lownsborough
TRIBUNNEWS.COM - Akhir-akhir ini perdebatan soal rokok ilegal terus meramaikan ruang-ruang publik. Tak hanya di dunia nyata, di dunia maya pun, yakni di media sosial perdebatan ini semakin mengemuka.
Khususnya terkait rokok ilegal yang banyak beredar di Madura, Jawa Timur.
Dalam perdebatan itu, ada orang-orang yang menganggap rokok ilegal itu positif.
Ia memiliki dampak langsung terhadap kesejahteraan petani tembakau khususnya, dan masyarakat Madura pada umumnya.
Namun di sisi lain ada pula yang menyebut kehadiran rokok ilegal justru menjadi ancaman dan merugikan negara.
Sebab, peredaran rokok ilegal ini tidak terkena pajak dan juga tidak dikenai cukai.
Bahkan akibat isu ini, tak sedikit juga muncul berbagai sebutan yang menyudutkan Madura, seperti ‘‘Madura sebagai Pusat Rokok Ilegal’’, ‘‘Madura Merugikan Negara’’, dan sebutan ‘‘Madura tidak taat Hukum’’.
Baca juga: Menkeu Purbaya Bakal Sikat Oknum Bea Cukai yang Terlibat Peredaran Rokok Ilegal
Sepintas, perdebatan-perdebatan di atas dapat kita pahami sebagai sesuatu yang lumrah dan wajar saja. Ia bagian dari perbedaan pendapat yang lazim di alam demokrasi.
Namun perdebatan atau tuduhan-tuduhan itu menjadi tidak wajar terutama bagi mereka yang terlibat atau memahami langsung tentang bagaimana persoalan tata niaga tembakau di Madura yang amburadul.
Berpuluh-puluh tahun lamanya tataniaga tembakau di Madura berada dalam genggaman dan permainan kapitalis.
Mereka yang merupakan pengusaha-pengusaha kelas kakap dan umumnya merupakan pemilik pabrik rokok seperti Gudang Garam, Djarum, hingga Sampoerna, dll, memainkan harga tembakau sesuka hati.
Di bawah kekuasaan pabrik-pabrik besar mereka, harga tembakau di Madura hancur hingga ke titik nadir. Hampir tiap musim tembakau, keluhan dan tangisan selalu menghiasi para petani.
Mereka mengeluh karena keringat darah perjuangan mereka menanam tembakau dibalas dengan air tuba. Tembakau mereka saat sudah kering dan siap menjadi rokok dihargai dengan harga yang sangat tidak layak. Jangankan untung, tidak jarang justru mereka merugi setelah hasil panen tembakau mereka dijual ke pasar atau pabrik. Kenapa mereka malah rugi, karena biaya produksi tak sesuai dengan harga jual yang dipatok pabrik.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.