Senin, 29 September 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Konflik Palestina Vs Israel

Solusi Dua Negara: Jalan Damai yang Kini Tinggal Ilusi di Tengah Genosida di Gaza

Solusi Dua Negara Israel–Palestina gagal karena pendudukan, genosida Gaza, dan status Jerusalem yang dipaksakan Israel.

Editor: Glery Lazuardi
Tribunnews.com/Abdi Ryanda Shakti
DIN SYAMSUDIN - Solusi Dua Negara Israel–Palestina gagal karena pendudukan, genosida Gaza, dan status Jerusalem yang dipaksakan Israel. 

Prof. Dr. Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, MA

Latar Belakang dan Pendidikan

  • Lahir: 31 Agustus 1958 di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat

Pendidikan:

  • Pondok Modern Darussalam Gontor (1975)
  • IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Perbandingan Agama (1980)
  • University of California, Los Angeles (UCLA), AS – MA dan Ph.D dalam Islamic Studies

Karier dan Jabatan

  • Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah (2005–2015)
  • Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (2014–2015)
  • Wakil Ketua Umum MUI (2005–2014)
  • Anggota Badan Pembina Harian Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ)
  • Aktif di berbagai forum internasional seperti World Peace Forum dan Religions for Peace

TRIBUNNEWS.COM - Solusi Dua Negara (two state solution) adalah pikiran lama yang dianut Pemerintan Negara-negara Anggota OKI, termasuk Indonesia.

Pikiran yang sesungguhnya baik guna mengakhiri konflik antara Israel dan Palestina yang tak kunjung selesai dan berdampak global. 

Namun, persyaratan bagi adanya dua negara itu --yakni (a) pengunduran diri Israel atas wilayah Arab yg dikuasainya sejak Perang 1967 seperti Sinai dan Dataran Tinggi Golan, (b) penghentian pembangunan Pemukiman Yahudi di Wilayah Tepi Barat, dan (c) status Jerussalem sebagai kota suci dan tidak boleh dikuasai oleh satu pihak-- tidak pernah mau dipenuhi oleh Israel

Pembangunan pemukiman Yahudi di Tepi Barat semakin menjadi-jadi, dan secara sepihak Israel dengan dukungan Amerika Serikat menjadi Jerussalem sebagai Ibu Kota.

Selain Israel terus menerus melakukan pembangunan pemukiman di Tepi Barat, bahkan Israel melakukan genosida atas Gaza dan menodai Masjid Al-Aqsha.

Maka, Kesepakatan Solusi Dua Negara menjadi batal.

Sehubungan dengan itu, seruan Presiden RI Prabowo Subianto di PBB utk revivalisasi Solusi Dua Negara nyaris bak teriakan di tengah samudera, keras tapi hilang ditelan deburan ombak. 

Solusi itu ideal tapi faktor-faktor fundamentalnya harus diatasi terlebih dahulu, yakni penghentian genosida di Gaza, dan penguasaan Israel atas wilayah Palestina yang didudukinya.

 Tanpa itu, dan itu sulit diterima Israel maka Solusi Dua Negara menjadi hampa.

Yang perlu dilakukan Indonesia, sebagai negara cinta perdamaian dan keadilan adalah mendesak Israel mundur dari wilayah pendudukan, menghentikan genosida, dan segera menyalurkan bantuan kemanusiaan bagi rakyat Gaza yg kelaparan. 

Jika jalan damai tidak digubris Israel, maka jalan militer lewat Peace Keeping Force (Pasukan Penjaga Perdamaian) atau War Preventing Force (Pasukan Pencegah Perang) adalah solusi.

Beranikah Indonesia mempelopori opsi ini, sangat tergantung pada nyali dan kekuatan hati Kepala Negaranya.

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan