Senin, 29 September 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Identitas dalam Era Digital: Saat Transformasi Menuntut Keteguhan Akar

PERURI jadi GovTech Indonesia, dorong transformasi digital nasional dengan semangat kedaulatan dan keamanan data WNI.

Editor: Glery Lazuardi
ISTIMEWA
PERURI - PERURI ditunjuk sebagai GovTech Indonesia, menjaga kedaulatan digital dengan pijakan sejarah dan identitas bangsa. 

Dwina Septiani Wijaya

  • Direktur Utama Perum Peruri (Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia) sejak tahun 2017 hingga sekarang

Riwayat Pendidikan:

  • Sarjana Teknik Sipil dan Perencanaan – Institut Teknologi Bandung (ITB)
  • Magister – Trium EMBA Program (New York University, London School of Economics, HEC School of Management)

Karier Profesional

  • 1990–1994: Manajer Risiko di Bank Niaga Jakarta
  • 1994–2000: Manajer Portofolio di PT Bahana TCW Investment Management
  • 2002–2009: Direktur Utama PT Bahana TCW
  • 2009–2013: Direktur Keuangan PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia
  • 2013–2017: Direktur Utama PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia
  • 2017–sekarang: Direktur Utama Perum Peruri

Hal ini disampaikan dalam PERURI Bestari Festival 2025 dan disari oleh Wartawan 

TRIBUNNEWS.COM - Di tengah gelombang transformasi digital yang kian deras, bangsa ini dihadapkan pada tantangan mendasar. Bagaimana berinovasi tanpa kehilangan jati diri.

Digitalisasi bukan sekadar soal efisiensi atau modernisasi, melainkan soal arah dan pijakan. 

Ketika data menjadi komoditas dan identitas terancam larut dalam algoritma global, kita perlu kembali ke akar ke nilai, sejarah, dan semangat kedaulatan yang melahirkan institusi seperti PERURI. 

Akar terutama di tengah globalisasi bicara transformasi semua terkait kepada perubahan. Justru back to roots pemahaman tentang akar itu penting. Ini berlaku di setiap aspek karena akar itu soal kekokohan tapi akar itu juga bicara mengenai identitas. 

Roots kembali kepada transformasi PERURI. Seringkali kita transformasi itu untuk berubah jadi bukan kita atau kita transformasi for the shape ya kita kalau tidak berubah tidak enak lebih kepada fomo. Padahal ini penting dijaga. 

Pertama, kita transformasi relevan menuju kemajuan di masa depan itu dengan tetap harus berpijak. Kalau kita tidak berpijak itu kita nanti oleng entah itu kita jadi orang dan kita kehilangan identitas.

Yang kedua, kita juga harus tahu kenapa kita harus berubah. karena banyak hal kita ingin berubah saja seringkali kita jadi meninggalkan tradisi. Jadi bagaimana tradisi dan hal yang baru ini. Dalam segala hal kembali ke akar atau mengingat akar kita itu menurut saya sesuatu yang paling basic. 

Saya ambil contoh, kita tahu PERURI cetak uang terus kalau PERURI ke digital mana nyambungnya. Jadi harus kembali ke akar dałam transformasi. Saya melihat belajar dari sejarah PERURI, identitas PERURI.

Dan kenapa founding father insist sekali punya pabrik cetak uang sendiri. Kalau kita tahu di negara sekitar itu mereka yang mencetak negara penjajah dan Indonesia dulu Belanda insist harus dicetak oleh Belanda.

Tapi founding father insist kita harus punya uang ori uang Indonesia yang punya PERURI harus diciptakan sejarahnya. Dulu dikejar-kejar, bubar lari lagi. Jadi benang merah itu apa. Identitas kita dicetak tidak tapi founding fathers itu membangun PERURI adalah untuk the Identity menjaga kedaulatan. 

Menjaga kedaulatan ini yang akan terus relevan dengan perubahan zaman. 

Halaman
12

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan