Akademisi Nilai Krisis Talenta AI Ancam Masa Depan Digital Indonesia
AI kini telah digunakan dalam hampir seluruh sektor, mulai perbankan, kesehatan, media, hingga industri manufaktur.
Penulis:
Reynas Abdila
Editor:
Acos Abdul Qodir
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Indonesia menghadapi krisis kekurangan talenta digital yang serius di tengah gelombang adopsi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).
Hal itu disampaikan Dekan Fakultas Artificial Intelligence Universitas Pelita Harapan (FAI UPH) Dr. Rizaldi Sistiabudi dalam seminar pendidikan dikutip Senin (16/6/2025).
"AI bukan untuk menggantikan manusia, tetapi untuk meningkatkan kapasitas manusia," tegasnya.
Rizaldi menekankan pentingnya pemahaman menyeluruh terhadap evolusi AI, yang kini berkembang dari Artificial Narrow Intelligence (ANI), menuju Artificial General Intelligence (AGI), hingga Artificial Super Intelligence (ASI).
Menurutnya evolusi tersebut dapat mengubah tatanan dunia kerja secara radikal.
Transformasi digital tidak hanya membutuhkan infrastruktur dan investasi, tetapi juga sumber daya manusia yang mampu beradaptasi.
AI kini telah digunakan dalam hampir seluruh sektor, mulai perbankan, kesehatan, media, hingga industri manufaktur.
Proyeksi kebutuhan talenta digital mencapai 9 juta orang hingga 2035, Indonesia terancam tertinggal dalam transformasi digital jika tak segera membenahi strategi pengembangan SDM.
Baca juga: Serangan Siber Berbasis AI di Indonesia Melonjak Tajam, Temuan IDC Bikin Terperangah
Laporan Work Trend Index 2024 yang dirilis Microsoft dan LinkedIn memperlihatkan pergeseran besar di pasar kerja.
Sebanyak 69 persen perusahaan di Indonesia tidak akan merekrut kandidat tanpa keterampilan AI, sementara 76 persen lebih memilih kandidat dengan penguasaan AI meskipun minim pengalaman kerja.
Di sisi lain, kapasitas pelatihan nasional dinilai masih tertinggal jauh.
Lonjakan Kebutuhan
Pemerintah hanya mampu mencetak sekitar 200–400 ribu talenta digital per tahun, sebuah angka yang tak sebanding dengan kebutuhan yang terus melonjak.
Sektor pendidikan memegang peran vital dalam menjawab tantangan ini.
Sejumlah universitas, termasuk Universitas Pelita Harapan, telah mulai membuka program pendidikan AI dengan pendekatan kurikulum internasional.
Baca juga: 10 Kota di Dunia yang Berinvestasi Besar-besaran untuk AI
Dalam kasus FAI UPH, pembelajaran difokuskan pada praktik langsung dan teknologi mutakhir seperti Machine Learning, Deep Learning, hingga Ethical AI.
Namun, berbagai program serupa di kampus lain masih minim, sementara kebutuhan pasar mendesak.
Pemerintah dan swasta didorong untuk memperluas pelatihan bersertifikat, inkubasi startup, hingga pemberian beasiswa teknologi agar Indonesia tidak hanya menjadi pengguna AI, tetapi juga pengembangnya.
Bimbim Slank Lihat Teknologi AI Sulit Saingi Kreativitas Manusia dalam Bermusik |
![]() |
---|
10 Prompt Gemini AI Bersama Pasangan, Foto di Studio hingga Menikmati Sunset di Tepi Pantai |
![]() |
---|
Hadapi Transformasi Besar, Akuntan Juga Perlu Kuasai AI dan Machine Learning |
![]() |
---|
20 Prompt Gemini AI Bahasa Indonesia, Edit Foto Seperti Berada di Bandara |
![]() |
---|
Menko Airlangga: Pemerintah Perlu Kebijakan Inklusif untuk AI |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.