Senin, 29 September 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Membaca Umur Satwa dari Tulang: Ilmu Baru untuk Konservasi Satwa Liar di Indonesia

Skeletokronologi, metode membaca umur satwa lewat tulang, jadi terobosan penting konservasi dan pencegahan perdagangan ilegal.

Editor: Glery Lazuardi
Dokumentasi Pribadi
SATWA LIAR - Ilustrasi penelitian skeletokronologi, teknik membaca umur satwa liar lewat tulang untuk mendukung konservasi. 

Ni Luh Putu Rischa Phadmacanty

  • Peneliti Ahli Madya, Pusat Riset Zoologi Terapan, BRIN
  • Mahasiswa S3, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada
  • Domisili di Jakarta

TRIBUNNEWS.COM - Mengenali umur satwa liar bukanlah hal yang mudah. Kita sering salah mengira bahwa ukuran tubuh satwa bisa menunjukkan usianya, atau mungkin dari perubahan warna pada rambutnya, namun ternyata tidak selalu demikian. 

Seekor biawak yang besar belum tentu berusia lebih tua dibandingkan yang lebih kecil. Faktor seperti gizi, kondisi iklim, serta habitat tempat satwa tersebut hidup dapat mempengaruhi ukuran tubuh satwa

Di sisi lain informasi tentang umur satwa ini sangat penting dalam upaya konservasi: apakah populasi satwa tersebut masih sehat dan berkelanjutan, apakah mereka cukup dewasa untuk berkembang biak, bahkan apakah mereka sudah siap untuk diperdagangkan secara legal. 

Salah satu terobosan baru dalam dunia konservasi adalah memalui pendekatan skeletokronologi, sebuah metode ilmiah yang memungkinkan membaca umur satwa hanya dengan melihat dari tulangnya. 

Metode ini membuka peluang baru untuk pengelolaan populasi satwa liar atau dalam pencegahan perdagangan satwa yang tidak sintas.

Apa Itu Skeletokronologi?

Skeletokronologi merupakan ilmu yang mempelajari umur satwa melalui jejak pertumbuhannya yang terekam dalam tulang. Tulang yang biasa digunakan meliputi tulang panjang, seperti tulang paha, betis, jari, dan pengumpil, namun tidak terlepas kemungkinan tulang jenis lainpun bisa digunakan. 

Tulang menyimpan informasi mengenai siklus pertumbuhan satwa yang tercatat dalam bentuk garis pertumbuhan tahunan atau yang dikenal dengan istilah Lines of Arrested Growth (LAG). Garis ini terbentuk saat pertumbuhan satwa melambat atau berhenti seiring perubahan musim atau kondisi lingkungan tertentu, seperti musim kering atau masa hibernasi.

Cara kerjanya mirip dengan metode yang digunakan untuk membaca umur pohon melalui cincin tahunan pada batang kayu, yang disebut dendrokronologi. Pada tulang satwa, setiap lingkaran atau garis pertumbuhan menandakan satu tahun umur satwa tersebut. 

Metode ini, meskipun baru berkembang, memberikan cara yang lebih akurat dan efisien dalam mengetahui usia satwa, terutama yang tidak tercatat kelahirannya, seperti satwa liar. Mekanisme Pertumbuhan Tulang Proses pembentukan LAG pada tulang satwa sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan.

Misalnya, satwa di daerah empat musim yang mengalami musim dingin sehingga aktivitasnya terhenti karena hibernasi, atau satwa di daerah tropis yang mengalami musim kering sehingga persediaan pakannya terbatas dan mengurangi aktivitasnya. 

Pada masa-masa tersebut pertumbuhan tulang melambat, dan garis pertumbuhan akan terbentuk pada tulang mereka. Untuk memeriksa garis pertumbuhan, peneliti akan memotong tulang secara tipis dengan ketebalan 15 hingga 20 mikrometer dengan menggunakan mikrotom. 

Kemudian diberikan pewarna khusus untuk memperjelas garis yang terbentuk. Dengan cara ini peneliti dapat menghitung jumlah garis yang terbentuk sehingga dapat mengetahui umur satwa.

Namun demikian, pendekatan ini tidak serta merta dapat diterapkan pada tulang yang sama dengan jenis satwa yang berbeda. Misalnya pada kodok sawah (Fejervarya cancrivora), garis pertumbuhan paling jelas terbentuk pada tulang paha, sedangkan pada biawak air (Varanus salvator), lebih cocok menggunakan tulang betis. Itulah sebabnya uji pendahuluan perlu dilakukan untuk mengetahui jenis tulang apa yang paling tepat untuk menentukan umur tiap jenis satwa.

Halaman
123

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan