Tribunners / Citizen Journalism
Sekolah Hijau dan Adiwiyata: Mendidik Generasi Peduli Lingkungan
Melalui konsep sekolah hijau, program ini menanamkan nilai-nilai keberlanjutan sejak dini
Editor:
Eko Sutriyanto
Beberapa hambatan yang umum terjadi antara lain kurangnya komitmen dari pimpinan sekolah, minim pelatihan bagi guru dalam bidang pendidikan lingkungan, serta keterbatasan alokasi anggaran pengembangan infrastruktur hijau.
Selain itu, dalam beberapa kasus, kegiatan lingkungan dilakukan demi kepentingan lomba atau pemenuhan indikator administratif, bukan sebagai bagian dari nilai-nilai yang tertanam dalam kehidupan sekolah sehari-hari. Hal ini perlu menjadi perhatian bersama agar program Adiwiyata tidak kehilangan makna sesungguhnya.
Dukungan dari berbagai pihak menjadi sangat penting untuk menghasilkan ekosistem pendidikan ramah lingkungan. Pemerintah melalui kementerian terkait perlu memperkuat kebijakan yang mendukung pendidikan lingkungan secara sistematis dan berkelanjutan. Dinas pendidikan daerah harus memastikan bahwa program Adiwiyata dijalankan dengan integritas dan tidak sekadar bersifat simbolik.
Para orang tua, sebagai mitra utama sekolah, juga perlu dilibatkan dalam kegiatan sekolah hijau agar nilai-nilai yang dibangun di sekolah dapat dilanjutkan di rumah. Ketika semua elemen bergerak bersama, pendidikan lingkungan tidak lagi menjadi beban, tetapi justru menjadi budaya yang menyatu dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana diungkapkan oleh Dioum (1968) seorang insinyur kehutanan asal Senegal, dalam pidatonya pada konferensi UNESCO tahun 1968, yang menggugah kesadaran ekologi dunia, "In the end, we will conserve only what we love; we will love only what we understand; and we will understand only what we are taught."
Ungkapan Dioum ini menegaskan bahwa cinta terhadap lingkungan hanya bisa tumbuh melalui proses pemahaman yang dibentuk oleh pendidikan. Maka, membiasakan anak-anak mencintai alam dimulai bukan dari larangan semata, melainkan dari pengajaran yang memanusiakan dan memberi ruang bagi anak untuk mengalami, mengamati, serta menghargai kehidupan dalam segala bentuknya.
Akhirnya, sekolah hijau dan program Adiwiyata bukanlah proyek jangka pendek, melainkan bagian dari gerakan besar membentuk manusia Indonesia cerdas dan bijaksana dalam menghadapi tantangan zaman. Dunia sedang menghadapi krisis lingkungan yang tidak main-main.
Jika sekolah gagal meluluskan generasi peduli dan bertanggung jawab terhadap bumi, maka kita kehilangan harapan akan masa depan yang layak huni. Dengan membangun budaya peduli lingkungan di sekolah, kita menanam benih harapan. Karena sesungguhnya, menjaga bumi bukan pilihan, melainkan kewajiban moral antar generasi.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.