Selasa, 7 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Trump Terapkan Tarif Timbal Balik

Tarif Donald Trump Jadi Kesempatan Indonesia untuk Lebih Dekat dengan Negara-negara Timur Tengah

Kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih telah memicu gelombang baru nasionalisme ekonomi, dan Indonesia merupakan salah satu korbannya.

Editor: Muhammad Barir
Facebook The White House
TARIF DAGANG AS - Foto ini diambil pada Kamis (3/4/2025) dari Facebook The White House memperlihatkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, berbicara selama konferensi pers setelah menandatangani kenaikan tarif dagang baru antara AS dan negara lain di dunia, di Gedung Putih di Washington, DC, AS pada Rabu (2/4/2025). 

Tarif Donald Trump Jadi Kesempatan Indonesia untuk Lebih Dekat dengan Negara-negara Timur Tengah

TRIBUNNEWS.COM- Kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih telah memicu gelombang baru nasionalisme ekonomi, dan banyak negara termasuk Indonesia bisa menjadi korbannya.

Dalam artikelnya yang ditulis oleh Dr. Muhammad Zulfikar Rakhmat di Middle East Monitor, disebutkan bahwa pembatasan perdagangan lewat tarif dari Donald Trump bisa menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk lebih dekat dengan negara-negara di Timur Tengah.

Dalam langkah proteksionis terbarunya, Donald Trump telah mengenakan tarif hingga 32 persen pada ekspor utama Indonesia, mulai dari tekstil dan elektronik hingga makanan laut dan alas kaki. 

Langkah-langkah ini, yang ditujukan pada negara-negara dengan surplus perdagangan dengan AS, mengancam akan menggagalkan pemulihan Indonesia dan memaksa Jakarta untuk mengakui bahwa rakyat Indonesia tidak dapat lagi membangun masa depan dengan asumsi bahwa akses ke pasar Barat terjamin.

Namun, gangguan ini dapat menjadi berkah tersembunyi, jika Indonesia bersedia bertindak tegas. 

Daripada berebut ruang dalam lingkungan perdagangan yang dipimpin Barat yang semakin bermusuhan, Indonesia harus beralih ke mitra yang lebih alami di belahan bumi selatan. Timur Tengah — khususnya Teluk — sedang mengalami transformasi yang mendalam. 

Dipimpin oleh Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar, kawasan ini mendiversifikasi ekonominya, berinvestasi dalam ketahanan pangan, energi bersih, logistik, keuangan Islam, dan infrastruktur digital. Di sinilah peran Indonesia.

Sebagai negara dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia, Indonesia menghadirkan kedekatan budaya dan saling melengkapi secara ekonomi. 

Barang-barang bersertifikat halal, perusahaan rintisan digital, produk pertanian, dan ekosistem keuangan Islam di negara ini dapat mendukung ambisi Timur Tengah secara langsung. 

Sebagai imbalannya, dana kekayaan negara dari kawasan tersebut — yang banyak di antaranya secara aktif mencari mitra pasar berkembang baru — dapat memainkan peran transformatif dalam infrastruktur dan transisi energi Indonesia.


"Logikanya jelas: Indonesia dan Timur Tengah tidak hanya memiliki kesamaan agama, tetapi juga kebutuhan strategis".


Keduanya ingin mengurangi ketergantungan pada Barat. Keduanya ingin membangun ketahanan ekonomi. Dan keduanya semakin dibentuk oleh guncangan volatilitas geopolitik.

Memang, dampak tarif Trump meluas hingga ke luar Asia Tenggara. Tarif besar-besaran Trump juga menghantam Timur Tengah dengan keras , memicu volatilitas harga minyak, ketidakpastian perdagangan, dan kenaikan biaya di seluruh ekonomi ekspor dan impor. 

Negara-negara Teluk menghadapi penurunan pendapatan, sementara negara-negara seperti Yordania, Maroko, dan Mesir bergulat dengan inflasi dan gangguan ekspor. Perusahaan kecil dan menengah terbebani, dan bahkan sekutu dekat AS pun tak luput dari dampaknya.

Paparan bersama ini seharusnya menjadi peringatan dan landasan bagi solidaritas. 

Halaman
123

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved