Senin, 29 September 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Indeks Harga Saham Gabungan

Ambruknya IHSG 2025: Akar Masalah dan Jalan Pemulihan Ekonomi Indonesia

Di tengah tantangan ini, penting untuk diingat bahwa Indonesia telah menunjukkan resiliensi dalam menghadapi krisis sebelumnya. 

TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
SAHAM ANJLOK - Pengunjung beraktivitas di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (18/3/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok pada Selasa (18/3) dan sempat terjadi pembekuan sementara perdagangan (trading halt) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pukul 11:19:31 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS) yang dipicu penurunan IHSG mencapai 5 persen. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Oleh: Muhammad RahmadDirektur Eksekutif AISS (Asian Institute for Strategic Studies)

TRIBUNNERS - Pasar saham Indonesia mengalami guncangan hebat pada 18 Maret 2025, dengan IHSG terjun 6,11 persen hingga menyentuh level 6.076. 

Kejatuhan ini memaksa Bursa Efek Indonesia (BEI) menerapkan trading halt selama 30 menit—tanda bahaya yang tak terlihat sejak pandemi Covid-19. 

Apa yang terjadi bukanlah sekadar fluktuasi pasar biasa, melainkan sinyal dari permasalahan ekonomi yang lebih dalam.

Kejadian ini mengejutkan karena terjadi saat indeks bursa regional Asia justru menunjukkan tren positif: Nikkei naik 1,4%, Shanghai menguat 0,09%, Singapura (STI) tumbuh 1%, dan Malaysia (FKLCI) bertambah 1%. Anomali ini menunjukkan bahwa masalah yang dihadapi Indonesia bersifat domestik dan struktural.

Baca juga: Media Asing Sorot IHSG Anjlok, Perdagangan Saham di Indonesia Sempat Dibekukan

Menelusuri lebih dalam, kemerosotan IHSG berakar pada krisis fiskal yang memburuk. 

Pendapatan negara turun drastis hingga 30%, dengan penerimaan pajak anjlok 30,19% secara tahunan—hanya mencapai Rp 269 triliun. 

Defisit APBN membengkak mencapai Rp 31,2 triliun pada Februari 2025, sementara rasio utang terhadap PDB meningkat menjadi 44,77% pada Januari. Meski masih di bawah batas legal 60%, angka ini memberikan sinyal peringatan.

Pemerintah sebenarnya telah berupaya mengatasi situasi dengan program efisiensi belanja 15% pada pos-pos non-esensial. 

Namun langkah ini terbukti jauh dari cukup. Pengurangan 15% tidak sebanding dengan penurunan pendapatan 30%, apalagi mengingat sebagian besar anggaran Indonesia dialokasikan untuk belanja mandatori seperti pembayaran utang, gaji pegawai, dan transfer daerah. 

Hasilnya, penghematan riil mungkin hanya sekitar 5-6?ri total anggaran.Kebijakan-kebijakan ekspansif pemerintah justru memperburuk persepsi pasar dan memicu kekhawatiran luas di kalangan investor. 

Program ambisius 3 juta rumah yang dibebankan pada bank-bank BUMN telah meningkatkan risiko keuangan lembaga-lembaga strategis tersebut, sementara membebani neraca mereka dengan kewajiban jangka panjang yang substansial. 

Bersamaan dengan itu, pendirian lembaga keuangan Danantara yang membutuhkan suntikan modal awal signifikan dari APBN dan agresifnya ekspansi pembangunan perumahan subsidi telah menciptakan tekanan fiskal tambahan pada keuangan negara yang sudah mengalami tekanan. 

Investor institusional dan pelaku pasar profesional semakin khawatir bahwa ekspansi kebijakan ini terjadi di saat yang tidak tepat—ketika dasar-dasar fiskal sudah menunjukkan kerentanan serius. 

Akibatnya, terjadi pergeseran portofolio secara luas dari saham Indonesia menuju instrumen investasi yang dianggap lebih aman dan menawarkan kepastian imbal hasil yang lebih tinggi, seperti obligasi pemerintah negara maju dan emas—fenomena flight to quality yang khas dalam situasi meningkatnya ketidakpastian ekonomi.

Halaman
1234

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan