Senin, 6 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Perang Nuklir Apakah Bakal Segera Terjadi di Asia dan Eropa?

Kim ong-un memimpin penembakan empat rudal balistik ke Laut Jepang sebagai simulasi serangan balasan nuklir oleh musuh-musuhnya.

Kazuhiro NOGI / AFP
Seorang wanita menonton TV jalanan yang menyiarkan berita terbaru tentang peluncuran rudal Korea Utara di Tokyo pada 13 April 2023. Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan pada 13 April bahwa rudal yang diluncurkan oleh Korea Utara "tidak jatuh di wilayah Jepang", setelah pemerintah mengeluarkan peringatan kepada penduduk Hokkaido. 

Ketiadaan traktat pengendalian senjata, perlucutan senjata, dan nonproliferasi, bisa membahayakan keamanan internasional.

Kapal perang Rusia meluncurkan rudal jelajah menargetkan fasilitas militer Ukraina.
Kapal perang Rusia meluncurkan rudal jelajah menargetkan fasilitas militer Ukraina. (Ist)

Lavrov mengingatkan, pengingkaran Washington dan menimpakan kesalahan ke Moskow soal traktat nuklir jarak menengah, hanyalah cara dan usaha AS menguntungkan dirinya sendiri.

Lavrov menjelaskan AS dan sekutunya menghalangi proses peninjauan Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT).

Cara itu sudah lama digunakan Washington untuk menekan musuh-musuhnya.

Dia juga mencatat potensi bahaya yang ditimbulkan oleh perjanjian AUKUS tiga arah antara AS, Inggris dan Australia, yang semakin mirip blok militer baru di Pasifik.

Menurut diplomat senior Rusia tersebut, dukungan barat terhadap Ukraina juga penuh dengan bahaya.

Tiga kekuatan nuklir utama barat; AS, Inggris dan Perancis, telah memposisikan diri sebagai sponsor utama rezim Kiev, dan menyokong semua provokasi terhadap Rusia.

AS dan negara-negara NATO masih bermimpi untuk memberikan kekalahan strategis pada Rusia di Eropa.

Pengiriman senjata tak berkesudahan, dan semakin meningkat levelnya, bagi Moskow adalah pertunjukan memompa kekerasan yang dapat menimbulkan konsekuensi katastrofik.

AS dan Rusia memiliki hampir 90 persen hulu ledak nuklir di dunia, menurut Asosiasi Pengendalian Senjata yang berbasis di AS.

Tahun lalu, Rusia menangguhkan partisipasinya dalam Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis, yang dikenal sebagai ‘New START’, perjanjian nuklir terakhir antara AS dan Rusia yang membatasi persenjataan.

Rusia menyebut keterlibatan AS dalam konflik Ukraina sebagai penyebab utama penangguhan tersebut.

ILUSTRASI - Uji coba rudal jelajah berkemampuan nuklir yang bisa menjangkau area sangat jauh. Secara terbuka, Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut sukses menguji coba rudal jelajah terbaru bernama Burevestnik.
ILUSTRASI - Uji coba rudal jelajah berkemampuan nuklir yang bisa menjangkau area sangat jauh. Secara terbuka, Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut sukses menguji coba rudal jelajah terbaru bernama Burevestnik. (HandOut/IST)

Washington telah meminta Moskow untuk memperbarui dialog mengenai perjanjian tersebut, namun Moskow mengatakan hal tersebut tidak mungkin dilakukan selama AS terus mendukung Kiev.

Lavrov menegaskan kembali sikap ini, dengan mengatakan ia melihat tidak ada dasar apa pun untuk melakukan dialog pengendalian senjata dengan AS, menghadapi perang hibrida total yang dilancarkan terhadap Rusia.

Sejauh ini, Moskow masih tetap menegaskan doktrin nuklir Rusia yang tidak berubah. Kekuatan nuklir hanya akan digunakan jika ada ancaman langsung terhadap negara Rusia.

Halaman
1234

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved