Senin, 6 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Mas Kiai dan 'Suket Teki'

Rumput teki, suket teki tidak hanya bisa tumbuh dalam “hubungan asmara” seperti yang dikisahkan Didi Kempot, tetapi juga dalam kehidupan bermasyarakat

Editor: Dewi Agustina
Istimewa
Suket Teki 

"Manusia, sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna memiliki kewajiban untuk mewujudkan dunia yang adil dan damai hingga akhir kehidupan ini. Tidak ada satupun orang yang memiliki hak untuk memonopoli dunia ini demi kepentingan apapun. Bukankah demikian?" jelas Mas Kiai penuh semangat.

Itu tidak mudah. "Ya, itu tidak mudah," potongnya cepat.

Lalu, Mas Kiai masih bicara soal toleransi yang diajarkan kepada para santrinya.

Menurut dia, toleransi berarti sifat dan sikap menghargai.

Sifat dan sikap menghargai harus ditunjukkan oleh siapapun terhadap bentuk pluralitas yang ada di Indonesia sejak semula.

Toleransi merupakan sikap yang paling sederhana.

Akan tetapi, mempunyai dampak yang positif bagi integritas bangsa pada umumnya dan kerukunan bermasyarakat pada khususnya.

Tidak adanya sikap toleransi dapat memicu konflik yang tidak diharapkan semua pihak pencinta perdamaian.

Sama halnya dengan kejujuran. Konsep kejujuran juga diajarkan oleh setiap agama.

Bukankah, semua agama menginginkan umatnya untuk bertindak dan berkata sesuai dengan kebenaran yang ada.

"Tetapi, bahwa ada yang kemudian menebarkan, menyebarkan ketidak-benaran demi keuntungan diri, kelompok, atau golongan itu sesuatu yang nyata. Apalagi di zaman teknologi maju sekarang ini. Itu yang harus diperangi," katanya.

"Yah, semoga padi yang kutanam sekarang ini, nantinya benar-benar tumbuh sebagai padi bukan suket teki, sehingga berguna bagi negeri ini," kata Mas Kiai malam itu sebelum mengakhiri perbincangan kami, setelah beberapa tahun tak berjumpa.

Di ujung obrolan, kami berjanji untuk bertemu setelah pandemi Covid-19.

"Mas Kiai, sampeyan bukan sekadar tetesan di tengah samudra, melainkan samudra dahsyat dalam tetesan," kata saya mengakhiri obrolan kami mengutip Jalaluddin Rumi (1207-1273), seorang sufi dari Balkh, sekarang masuk wilayah Afganistan.

"Ah, sampeyan ada-ada saja," katanya pendek lalu tertawa. ***

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved