Kamis, 2 Oktober 2025

Isi Menu MBG Diduga Penyebab Keracunan 842 Siswa di KBB, Berasal dari 2 Dapur Berbeda

Menu MBG yang diduga kuat menjadi penyebab keracunan 842 siswa di Kabupaten Bandung Barat.

Tribun Jabar/Rahmat Kurniawan
KERACUNAN MBG - Kondisi siswa yang mengalami keracunan MBG saat dirawat di GOR Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, pada Rabu (24/9/2025). Menu MBG yang diduga kuat menjadi penyebab keracunan 842 siswa di Kabupaten Bandung Barat. 

TRIBUNNEWS.com - Kasus keracunan Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, sudah mencapai 842 korban dalam tiga hari terakhir, Senin (22/9/2025) hingga Rabu (24/9/2025).

Keracunan MBG pertama terjadi di Kecamatan Cipongkor, KBB, pada Senin, dengan korban berjumlah 393 orang, mulai siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Kasus keracunan MBG kedua terjadi di Kecamatan Cihampelas dengan jumlah korban 449 korban.

"Total korban keracunan sebanyak 842 orang. Data terakhir pada (Rabu) pukul 16.24 WIB," jelas Plt Kepala Dinas Kesehatan KBB, Lia N Sukandar, Rabu malam, dilansir Kompas.com.

Menu MBG yang diduga kuat menjadi penyebab keracunan berasal dari dua dapur berbeda.

Di Cipongkor, menu yang disajikan adalah ayam goreng tepung, tahu, sayur, dan buah stroberi.

Baca juga: Data Terbaru Keracunan MBG, BGN dan Istana Beri Angka Berbeda, Kasus di Cipongkor Belum Termasuk

Sementara, di Kecamatan Cihampelas, menu MBG-nya adalah pecel, telur, kentang, dan pisang, dikutip dari TribunJabar.id.

Lia mengungkapkan pihaknya telah mengambil sampel berupa muntahan korban dan menu MBG yang diduga kuat menjadi penyebab keracunan.

Sampel itu akan diuji di laboratorium untuk mengetahui penyebab pastinya.

"Sampel muntahan, alhamdulillah masih ada tadi yang makanan sisa-sisa di itu ya, bisa keambil yang di Cihampelas," jelas Lia.

Buntut keracunan MBG yang korbannya mencapai lebih dari 800 orang, Pemerintah Kabupaten Bandung Barat menetapkannya sebagai kejadian luar biasa (KLB).

Namun, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat, Herman Suyatman, mengungkapkan status tersebut belum akan diperluas hingga seluruh provinsi.

Sebab, fokus utama pemerintah saat ini adalah keselamatan para siswa.

Tak hanya itu, Herman menyebut Pemprov Jabar kini sedang berkoordinasi dengan Badan Gizi Nasional (BGN) untuk menelusuri penyebab keracunan sekaligus melakukan evaluasi.

"Yang paling penting anak-anak segera ditangani. Alhamdulillah semuanya sudah dirawat, mudah-mudahan bisa segera pulih," ujar Herman usai menghadiri Gebyar PKH 2025 di Bale Sawala Yudistira, Kabupaten Purwakarta, Rabu, masih dari TribunJabar.id.

‎"Apakah KLB akan ditingkatkan se-Jawa Barat? Jawabannya belum. Ini masih dievaluasi. Keselamatan anak-anak nomor satu, setelah itu perbaikan harus dilakukan secara komprehensif," imbuhnya.

Data Keracunan MBG per 22 September 2025

Dalam konferens pers yang berlangsung pada Senin (22/9/2025), di Kantor Badan Gizi Nasional (BGN), Kepala BGN, Dadan Hindayana, memaparkan data terbaru keracunan MBG di berbagai wilayah Indonesia.

Ia mengatakan, hingga 22 September 2024, BGN mencatat ada 4.711 kasus keracunan yang kebanyakan terjadi di kalangan anak-anak sekolah.

Jumlah itu merupakan total dari tiga wilayah, yaitu Sumatra, Pulau Jawa, dan Indonesia Timur, dengan rincian sebagai berikut:

  • Wilayah I: 1.281 orang
  • Wilayah II: 2.606 orang
  • Wilayah III: 824 orang

"Total catatan kami itu ada sekitar 4.711 porsi makan yang menimbulkan gangguan kesehatan," ungkap Dadan, Senin, dikutip dari YouTube Badan Gizi Nasional Republik Indonesia.

"Kejadian ini terjadi pada anak-anak sekolah, untuk ibu hamil, usia anak balita, alhamdulillah sejauh ini selalu aman dan tidak ada kejadian," imbuhnya.

Menurut Dadan, salah satu faktor terjadinya keracunan MBG adalah pada mekanisme Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).

Sebagai pencegahan, Dadan menyebut bagi SPPG baru, akan membuat MBG dalam jumlah kecil, hingga nantinya secara bertahap akan ditambah.

Sementara, bagi SPPG lama, Dadan mengingatkan agar tidak terburu-buru mengganti supplier.

"Kami sesalkan, kami perketat mekanismenya, misalnya SPPG baru kita minta agar mulai dengan jumlah kecil," urainya.

"Untuk SPPG lama, agar mengganti supplier juga hati-hati. Karena penggantian supplier juga bisa berdampak besar. Sama supplier lama aman, sama supplier baru ternyata tidak," lanjut Dadan.

Sementara itu, Istana Presiden justru memberikan angka berbeda dalam hal data keracunan MBG.

Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Muhammad Qodari, mengungkapkan kasus keracunan MBG tercatat di atas 5.000 kasus.

Angka itu diperoleh dari BGN, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), maupun Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dengan catatan waktu yang berbeda.

Data dari BGN Per 17 September 2025, kata Qodari, terjadi 5.080 kasus keracunan.

Kemenkes mengatakan ada 5.207 kasus keracunan MBG sampai 16 September 2025.

Sementara, data dari BPOM tertinggi, 5.320 kasus per 10 September 2025.

"Jadi ada data dari tiga lembaga sebagai berikut BGN, 46 kasus keracunan, dengan jumlah penderita 5.080, ini data per 17 September. Kedua dari Kemenkes, 60 kasus dengan 5.207 penderita, data 16 September."

"Kemudian BPOM, 55 kasus dengan 5.320 penderita, data per 10 September 2025,” urai Qodari, Senin.

Selain tiga lembaga pemerintah itu, ada data dari elemen masyarakat yang mencatat setidaknya terjadi 5.360 kasus keracunan MBG pada anak sekolah.

"Kemudian dari elemen masyarakat, ada namanya Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia. Mantau lewat media, mencatat 5.360 siswa," jelas Qodari.

Ia menuturkan, puncak kasus keracunan MBG terjadi pada Agustus 2025, dengan sebaran terbanyak di Jawa Barat.

Adanya data-data itu, kata Qodari, menunjukkan pemerintah tidak diam saja mengenai kasus keracunan MBG.

"Ini contoh bahwa pemerintah tidak tone deaf, tidak buta dan tuli. Pak Mensesneg kan sudah merespons juga kan, Jumat kemarin kan, mengakui adanya itu minta maaf dan akan evaluasi. Ini saya tambahkan data-datanya," pungkasnya.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Taufik Ismail, TribunJabar.id/Rahmat Kurniawan/Deanza Falevi, Kompas.com)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved