“Kalau dipaksa balik lewat Manau Sembilan, mungkin kami masih di hutan sampai sekarang,” ujar Farrel, selaku koordinator teknis lapangan, menggambarkan betapa krusialnya keputusan itu.
Meskipun bertepatan dengan HUT ke-80 RI dan jalur Kance Diwe merupakan jalur yang katanya lebih “ramah” pendaki, sejak perjalanan dari puncak sejati hingga basecamp Kance Diwe, kami sama sekali tidak berpapasan dengan pendaki lain yang melintas di jalur tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Gunung Patah yang masih belum terjamah khalayak umum.
Gunung Patah kini bukan hanya puncak tertinggi di Bengkulu, melainkan juga guru yang memberi pelajaran tentang keberanian, penghormatan, dan kebijaksanaan. Jejak mungkin hilang ditelan hujan, namun ilmu dan pengalaman berkesan yang Gunung Patah berikan akan selamanya membekas dibenak.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.