Program Makan Bergizi Gratis
Siswa Keracunan MBG, Ketua Gugus di Lombok Barat NTB: Kita Tidak Mau Anak Kita Dikasih Makanan Basi
17 murid SDN 1 Selat, Desa Selat, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat keracunan makan bergizi gratis (MBG).
Editor:
Erik S
TRIBUNNEWS.COM, LOMBOK BARAT – 17 murid SDN 1 Selat, Desa Selat, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) diduga mengalami keracunan setelah mengkonsumsi Makan Bergizi Gratis (MBG).
Belasan murid SD 1 Selat ini bahkan harus dilarikan ke Puskesmas, usai mengalami sakit perut, mual, hingga muntah-muntah.
Dalam dua bulan terakhir, tercatat ada tiga sekolah yang siswanya mengalami keracunan usai mengonsumsi makanan dari program MBG. Sekolah-sekolah tersebut di antaranya, SMK Kesehatan Karya Husada Rakam di Lombok Timur, serta SDN 1 Selat dan SDN 1 Nyur Lembang di Lombok Barat.
Baca juga: Siswa SD di Musi Banyuasin Diduga Keracunan setelah Santap Menu MBG, Dinkes: Ada yang Gejala Serius
Ketua Gugus 4 Kecamatan Narmada, Bahrudin, yang menjadi pemantau program MBG di tujuh sekolah, mengungkapkan buruknya kualitas makanan yang disediakan di sekolah-sekolah di wilayah tersebut.
Ia mengungkapkan sejak dimulainya program MBG pada 19 Agustus 2025 lalu, sekolah-sekolah di bawah Gugus 4 Kecamatan Narmada sering mengeluhkan kualitas makanan yang didistribusikan kepada siswa.
“Semua makanan yang datang itu sudah dingin, jadi kadang ada yang sampai di sekolah juga sudah pada basi,” ujar Bahrudin saat dikonfirmasi, Jumat (5/9/2025).
Menurutnya, kasus keracunan yang terjadi di SDN 1 Selat bukan yang pertama, karena sebelumnya juga terjadi kasus serupa di sekolah lain.
“Setelah pelaksanaan MBG, ditemukan kasus keracunan di SDN 1 Selat 17 anak dan SDN 2 Nyur Lembang 2 anak, besar dugaan kita memang akibat makanan yang dikonsumsi pada sajian menu MBG ini,” katanya.
Ia menyampaikan, rata-rata keluhan guru dan wali murid sama: MBG yang seharusnya menjadi upaya pemenuhan gizi anak sekolah, kini malah menjadi makanan yang meracuni anak didik.
Dia menegaskan, letak kekeliruan MBG ini terjadi pada pendiatribusian makanan yang terlalu lama.
“Bayangkan proses memasaknya saja dimulai pukul 02.00 dini hari, makanan baru dikonsumsi siswa sekitar pukul 09.00, sehingga makanan sudah dibungkus dan didistribusikan selama berjam-jam. Ini berpotensi menurunkan kualitas dan keamanan makanan,” tegasnya.

Dengan sistem distribusi seperti itu, ia khawatir siswa bukannya mendapatkan asupan gizi, tetapi justru mengonsumsi makanan yang bisa menjadi racun jika dikonsumsi dalam jangka waktu lama.
“Kita nggak mau anak kita terus-menerus dikasih makanan basi. Memang saat di dapur umum mungkin diperiksa oleh BGN (Badan Gizi Nasional), tapi itu saat masih fresh-nya. Sampai sekolah malah nggak ada pemeriksaan lagi, padahal di sana dia harusnya lebih diprioritaskan diperiksa (kualitas MBG),” tegasnya lagi.
Bayangkan lanjut dia, di Desa Narmada saja satu dapur melayani 3.500 siswa, hal inj justru menyebabkan persiapan dan distribusi memakan waktu lama.
Dia mengusulkan agar pemerintab harusnya membuat cabang dapur di beberapa lokasi yang dekat dengan sekolah, “agar juga distribusinya lebih cepat dan makanan tetap segar saat dikonsumsi siswa,” pungkasnya.
Usul Dikelola Bumdes
Sumber: Tribun Lombok
Program Makan Bergizi Gratis
Riwayat Pendidikan Ahli Gizi Dokter Tan Shot Yen, Sosoknya Viral usai Kritik Program MBG |
---|
3 Fakta Keracunan MBG di Ketapang Kalbar: Siswa SD Disajikan Hiu Filet, Wali Murid Khawatir |
---|
Kasus Keracunan Massal Siswa di Bandung Barat, Pengelola SPPG Produksi 3.647 Paket MBG |
---|
Makan Bergizi Gratis: Manajemen Pertahanan Jangka Panjang |
---|
Beda Data Kasus Keracunan MBG: Istana Sebut 5.000 Korban, JPPI Temukan 6.452 Siswa |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.