Minggu, 5 Oktober 2025

Ironi Negeri Ini: Kisah Pilu Raya dan Gaji Wakil Rakyat Rp 120 Juta

Raya meninggal dunia pada 22 Juli 2025. Kedua orang tuanya memiliki keterbelakangan mental, sehingga daya asuh terhadap anaknya kurang perhatian penuh

Editor: willy Widianto
Kolase Instagram Rumah Teduh/Akbar Permana
KISAH PILU RAYA - Kasus balita Raya(3) menyita perhatian publik beberapa waktu belakangan ini. Kesedihan mendalam dirasakan masyarakat saat melihat cuplikan video Raya yang sedang terkapar dirawat di rumah sakit lantaran tubuhnya dipenuhi cacing. Raya menghembuskan napas terakhir pada Juli 2025 lalu. Dalam video yang diunggah di akun Instagram @rumah_teduh_sahabat_iin, disebutkan bahwa Raya meninggal dunia dengan tubuh penuh cacing. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus balita Raya(3) menyita perhatian publik beberapa waktu belakangan ini. Kesedihan mendalam dirasakan masyarakat saat melihat cuplikan video Raya yang sedang terkapar dirawat di rumah sakit lantaran tubuhnya dipenuhi cacing. Bahkan cacing sempat keluar dari lubang hidung Raya yang lemas di bangsal rumah sakit dan membuat hati remuk redam siapapun yang melihatnya.

Baca juga: Sosok Wardi Sutandi, Kades Cianaga Terancam Disanksi Dedi Mulyadi Buntut Kasus Balita Raya Meninggal

Sebuah ironi di negeri ini, saat hampir bersamaan diumumkan total pendapatan anggota DPR RI periode 2024–2029 yang melambung ​nyaris Rp120 juta per bulan karena efek berbagai tunjangan yang melonjak tajam sementara di Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat ada balita yang nyawanya melayang setelah tubuhnya dipenuhi cacing.

Sorotan kemudian tertuju kepada lemahnya deteksi dini serta penanganan kesehatan di tingkat desa dan Puskesmas. Peristiwa tragis ini seharusnya dapat dicegah apabila puskesmas bersama posyandu dan pemerintah desa mampu melakukan deteksi sejak dini terhadap keluarga yang rentan mengalami gangguan kesehatan.

Raya menghembuskan napas terakhir pada Juli 2025 lalu. Dalam video yang diunggah di akun Instagram​@rumah_teduh_sahabat_iin, disebutkan bahwa Raya meninggal dunia dengan tubuh penuh cacing. "Setiap membayangkan, seumur hidupnya yang hanya empat tahun itu, tubuhnya digerogoti cacing dalam tubuhnya. Menyerap oksigen dan nutrisi yg sudah pas-pasan di tubuhnya. Remuk rasanya hati ini. Semoga Allah ampuni negeri ini, para pemimpin negeri ini, dan mengampuni kami saudara seimannya yg sangat terlambat membantunya," tulis akun tersebut.

Kemudian, akun Facebook Rumah Teduh juga mengunggah sebuah video berdurasi sembilan menit yang menunjukkan kondisi Raya yang kritis ketika dirawat di Intensive Care Unit (ICU). Dalam video itu disebutkan, tubuh Raya dipenuhi ribuan cacing gelang. Bahkan, cacing itu tampak keluar dari hidung, mulut, dan anus.

Orang Tua Gangguan Jiwa

Raya tidak bisa memilih mau hidup seperti apa di dunia. Ia diberi Tuhan kehidupan dengan keluarga yang berlatar belakang tidak mampu. Ibu balita itu merupakan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), sedangkan ayahnya mengidap penyakit Tuberkulosis atau TBC.

Baca juga: Adies Kadir Ungkap Penghasilan Per Bulan Anggota DPR: Gaji Pokok Tetap, yang Naik Tunjangan

"Ibunya mengalami gangguan kejiwaan atau ODGJ, dia sering dirawat oleh neneknya, dan bapaknya mengalami penyakit paru-paru TBC," kata Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi dalam pernyataan di akun instagram resminya, Selasa(19/8/2025).

Sejak balita, Raya terbiasa di kolong rumah bersama ayam dan kotoran. Hal ini diduga menjadi pemicu bocah itu mengalami cacingan.

"Dia sejak balita terbiasa di kolong rumah dan di kolong rumah itu bersatu dengan ayam dan kotoran. Sehingga dimungkinkan, dia seringkali, tangannya tidak pernah dicuci kemudian mulutnya kemasukan cacing, sehingga menimbulkan cacingan yang akut," terangnya.

Sementara itu, Kepala Desa Cianaga, Wardi Sutandi membenarkan Raya merupakan warganya. Bocah berusia tiga tahun itu merupakan anak dari Udin (32) dan Endah (38).

Wardi mengungkapkan, Raya meninggal dunia pada 22 Juli 2025. "Kedua orang tuanya memiliki keterbelakangan mental, sehingga daya asuh terhadap anaknya kurang, tidak tahu persis bagaimana kondisi anaknya,” kata Wardi kepada awak media di RSUD Sekarwangi Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat.

Sebelum kondisinya memburuk, Raya sering hidup dalam keadaan tidak sehat, seperti bermain di bawah kolong rumah bersama ayam. Raya kemudian mengalami demam dan didiagnosis menderita penyakit paru-paru.

Namun, karena keluarganya tidak memiliki Kartu Keluarga (KK) dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), pengobatan Raya mengalami kendala. "Setelah penyakitnya makin parah, kemudian ada salah satu keluarga yang kenal dengan rumah teduh (filantropi) laporan, langsung dijemput pakai ambulans. Pemerintah desa sudah taunya sampai situ. Tapi sebelum dibawa (rumah teduh), Raya ini sering keluar masuk klinik dan Puskesmas," beber Wardi.

Rumah teduh merupakan rumah singgah bagi pasien dari kalangan masyarakat kurang mampu.  Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, turut menyorot meninggalnya Raya. Ia kemudian akan memberikan sanksi kepada instrumen yang tidak menjalankan tugasnya terhadap Raya, balita yang meninggal.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved