Jumat, 3 Oktober 2025

Beras Oplosan

Isu Beras Oplosan Bikin Pedagang Menjerit, Omzet Anjlok Hingga Harga yang Terus Melambung

Hadi menyampaikan, dalam sehari ia biasanya bisa menjual 2-4 ton beras. Tapi saat ini, paling mentok seharinya hanya terjual 5 kuintal beras saja.

Tribun Jabar/ Nappisah
BERAS OPLOSAN - Pekerja mengangkut beras di pasar tradisional Kota Bandung, Rabu (13/8/2025). Hadi (48), seorang pedagang di Pasar Baru Indramayu, Jawa Barat mengungkapkan suasana tokonya yang biasa ramai kini sepi usai mencuatnya polemik beras oplosan. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Terbongkarnya praktik beras oplosan tidak memberikan kesejahteraan bagi para pedagang. Para pedagang justru menjerit akibat adanya isu beras oplosan tersebut.

Beras oplosan adalah beras yang dicampur dari berbagai jenis atau kualitas, lalu dijual dengan label dan harga yang tidak sesuai mutu sebenarnya.

Baca juga: Menko Pangan Instruksikan Bulog Percepat Penyaluran Beras SPHP ke Pasar

Praktik ini dilakukan demi keuntungan, namun merugikan konsumen karena kualitas beras tidak sesuai klaim.

Hadi (48), seorang pedagang di Pasar Baru Indramayu, Jawa Barat mengungkapkan suasana tokonya yang biasa ramai kini sepi usai mencuatnya polemik beras oplosan.

Hanya terlihat satu dua pembeli, pedagang pun lebih banyak duduk berharap ada pembeli yang datang.

Suasana tersebut juga terlihat di toko-toko beras lainnya di Pasar Baru Indramayu.

“Lesu mas, jualannya udah kaya penyakit,” ujar Hadi, Rabu (13/8/2025).

Omzet adalah istilah dalam dunia bisnis yang merujuk pada total pendapatan kotor yang diperoleh dari hasil penjualan barang atau jasa dalam periode tertentu.

Hadi menyampaikan, dalam sehari ia biasanya bisa menjual 2-4 ton beras. Tapi saat ini, paling mentok seharinya hanya terjual 5 kuintal beras saja.

Kondisi itu menurutnya imbas isu beras oplosan yang digembor-gemborkan oleh pemerintah.

Padahal, menurutnya pencampuran beras dahulu dinilai sebagai hal yang wajar, pencampuran ini juga atas dasar permintaan dari pembeli sendiri.

Dengan catatan, beras yang dicampur bukan beras Bulog dengan beras lokal. 

“Wajar mas kalau pencampuran gitu, ada saja pembeli yang mintanya beras yang pulennya sedang, jadi dicampur, harganya dijual tengah-tengah,” ujar dia.

Di sisi lain, kondisi lesunya penjualan beras di pasaran ini juga diperparah dengan bantuan pangan yang sebelumnya dilakukan pemerintah.

Baca juga: Harga Beras Cenderung Naik di Daerah, Penggilingan Padi Dukung Tindakan Tegas ke Pengoplos

Pangan Murah Bikin Harga Beras Mahal

Tidak berhenti di situ, pedagang beras di pasaran juga dibuat kembali gigi jari dengan adanya program Gerakan Pangan Murah (GPM) yang terus dilakukan pemerintah belakangan ini.

Menurut Hadi, gerakan pangan murah tersebut kurang relevan dilakukan untuk saat ini. Pasalnya, harga beras sendiri di Indramayu saat ini masih stabil.

Harga beras medium diketahui masih diharga Rp 13.500 per kilogram. Sedangkan premium diharga Rp 14.000-15.000 per kilogram.

“Kalau di daerah lain mungkin wajar karena katanya harganya kan naik, kalau di Indramayu masih stabil,” ujar dia.

Hadi pun menyarankan pemerintah jangan fomo atau ikut-ikutan untuk bantuan pangan murah tersebut.

Ia pun meminta agar sidak bisa rutin dilakukan pemerintah agar tahu bagaimana kondisi harga di pasaran.

“Jangan karena lagi ramai isu beras mahal jadi ada gerakan pangan murah. Harusnya dari pemerintah bisa rutin sidak harga di pasar, jangan pas lagi ramai saja agar terus terpantau,” ujar dia.

Baca juga: Marak Beras Bermerek Hasil Oplosan Bikin Warga Cilacap Menyerbu Pedagang Eceran

Kualitas Menurun, Harga Tinggi

Faisal (33), seorang pedagang di Pasar Sehat Margahayu, Kabupaten Bandung mengatakan bahwa pasokan ke tokonya saat ini tetap lancar dari daerah Majalengka dan Ciparay. Namun, dirinya menyayangkan akan kualitas beras yang sering kali berubah-ubah.

"Kalau suplai mah aman, cuma kualitasnya itu. Sekarang dijual Rp 15 ribu, tapi waktu stok datang lagi kualitasnya beda, jadi kurang bagus seperti sebelumnya. Yang bagus itu cuma beberapa kali saja, sekarang jarang," ujarnya kepada Tribun Jabar pada Rabu (13/8/2025).

Faisal menuturkan bahwa kenaikan harga juga membuat keuntungannya semakin tipis. 

Sebelumnya, dirinya bisa menjual beras Rp13.500-14.000 per kilogram, namun kini harga terendah berada di kisaran Rp14.000-16.000.

"Sama sekali nggak ada untung besar, paling cuma 500 perak per kilo. Pembeli juga banyak yang ngeluh soal tekstur dan rasa, tapi saya nggak bisa berbuat banyak karena itu dari penggilingan," katanya.

Sementara itu, pegadang lainnya, Risna (33) memilih berhati-hati dengan asal pasokan beras. Dirinya saat ini mengandalkan suplai dari Soreang yang sudah dikenalnya dan enggan mengambil dari luar daerah.

"Takutnya ada beras oplosan. Dulu saya ambil dari Majalengka atau daerah lain, tapi sekarang nggak. Saya jual di kisaran Rp14-16 ribu, kualitasnya naik-turun tapi masih menengah ke atas," ucapnya.

Baca juga: Pedagang Beras di 3 Kabupaten Jateng Tak Terdampak Beras Premium Oplosan

Terbongkarnya Beras Oplosan

Titik Awal Terungkapnya Kasus

  • Anomali Harga: Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mencurigai kenaikan harga beras di tingkat konsumen, padahal harga gabah di petani dan penggilingan justru turun.
  • Investigasi Nasional: Kementerian Pertanian melakukan uji mutu terhadap 268 merek beras di 10 provinsi. Hasilnya, 212 merek tidak sesuai standar mutu, berat, dan harga.

Penyelidikan & Temuan

  • Uji Laboratorium: Sekitar 85 persen beras premium dan 88?ras medium tidak memenuhi standar mutu. Bahkan, kemasan 5 kg hanya berisi 4,5 kg.
  • Kerugian Konsumen: Potensi kerugian masyarakat diperkirakan mencapai Rp99 triliun per tahun, akibat harga yang tidak sesuai kualitas.

Penggerebekan di Pekanbaru

  • Laporan Masyarakat: Polisi menerima informasi tentang beras oplosan yang dijual dengan merek SPHP Bulog, padahal isinya tidak sesuai.
  • Penangkapan Pelaku: Seorang pria berinisial R ditangkap di Jalan Sail, Pekanbaru. Ia mengoplos beras reject (pakan ternak) dengan beras medium, lalu menjualnya sebagai beras premium.
  • Modus Operandi: Pelaku bukan lagi mitra Bulog, namun tetap menggunakan kemasan SPHP untuk menjual beras oplosan di 22 minimarket.

Tindak Lanjut

  • Satgas Pangan Polri: Melakukan penyidikan terhadap 212 merek bermasalah dan menetapkan tersangka dari perusahaan besar.
  • Koordinasi Lintas Kementerian: Kementerian Pertanian dan Perdagangan bekerja sama dalam pengawasan dan penindakan.

(Tribunnews.com/TribunJabar)

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved