Jumat, 3 Oktober 2025

Polisi Tewas di NTB

Ibunda Tersangka Misri: Tolong Jangan Jadikan Anak Saya Kambing Hitam!

Lahir sebagai anak pertama dari enam bersaudara, Misri memikul tanggung jawab besar sejak usia muda, menolak beasiswa dan memilih bekerja

Editor: Eko Sutriyanto
Istimewa/ Tribunlombok.com/Instagram/misripuspita11_
KEMATIAN BRIGADIR NURHADI - Foto Misri Puspita Sari saat di Rutan Polda NTB, Kamis (3/7/2025). Misri adalah wanita yang ditetapkan menjadi tersangka dalam kasus kematian Brigadir Nurhadi. 

“Kami tahu dari surat yang diantar ekspedisi. Itu pun diterima oleh tante Misri. Saya bingung, ini kasus besar, kenapa prosedurnya seperti itu?” katanya.

Tangis di Ujung Telepon, Lalu Hilang Kontak

Tak lama setelah itu, Misri sempat menghubungi ibunya.

Suaranya terdengar gemetar, penuh tangis.

Di ujung telepon, ia menyampaikan kabar bahwa dirinya telah resmi ditetapkan sebagai tersangka.

“Misri bilang, dia cuma nolong korban. Tapi sekarang dia yang kena. Saya bilang, kalau memang tidak bersalah, hadapi dengan kepala tegak. Tapi setelah itu, HP-nya disita. Sekarang saya hanya bisa komunikasi lewat pengacaranya,” tutur Lita dengan mata berkaca-kaca.

KEMATIAN BRIGADIR NURHADI - Foto Misri Puspita Sari saat di Rutan Polda NTB, Kamis (3/7/2025). Misri adalah wanita yang ditetapkan menjadi tersangka dalam kasus kematian Brigadir Nurhadi.
KEMATIAN BRIGADIR NURHADI - Foto Misri Puspita Sari saat di Rutan Polda NTB, Kamis (3/7/2025). Misri adalah wanita yang ditetapkan menjadi tersangka dalam kasus kematian Brigadir Nurhadi. (Istimewa/ Tribunlombok.com/Instagram/misripuspita11_)
Misri Jadi Tumbal?

Lita menilai sorotan media dan aparat terlalu fokus kepada anaknya, sementara dua tersangka lain tidak mendapatkan eksposur serupa.

Ia mempertanyakan mengapa hanya foto Misri dan Kompol I Made Yogi yang tersebar luas di media, sementara satu tersangka lain, Ipda Haris, nyaris tak terdengar.

“Kenapa hanya anak saya dan Kompol Yogi yang fotonya beredar? Padahal Ipda Haris juga tersangka. Jangan jadikan anak saya tumbal!” tegasnya.

Ia juga meragukan kemampuan fisik Misri untuk melakukan kekerasan seperti yang digambarkan dalam kondisi jasad Brigadir Nurhadi.

“Saya lihat di berita, lehernya patah, lidah retak, memar di sekujur tubuh. Badan Misri kecil, bagaimana mungkin dia bisa melakukan itu sendirian?” ujarnya heran.

Kini, di tengah tekanan psikologis dan keterbatasan ekonomi, Lita hanya bisa berharap keadilan berpihak pada kebenaran. 

Ia ingin proses hukum dijalankan secara transparan, tanpa memihak dan tanpa pengorbanan sepihak.

“Tolong usut secara adil. Jangan hanya anak saya yang dijadikan kambing hitam. Semua tersangka harus diperlakukan setara,” pintanya lirih.

Sebagai warga Jambi, Lita juga berharap perhatian dari pemerintah daerah.

Ia mengingatkan bahwa Misri dulu pernah mengharumkan nama Provinsi Jambi lewat berbagai prestasi.

“Saya ingin sekali menjenguk Misri ke Lombok. Tapi apa daya, tidak punya biaya. Saya hanya bisa berdoa dan berharap bantuan,” ucapnya.  (Tribun Jambi/M Ferry Fadly)

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved