Jumat, 3 Oktober 2025

Sosok Saryono, 33 Tahun Jadi Guru Honorer di Desa Terpencil, Digaji Rp350 Ribu jika BOS Cair

Sosok Saryono, guru di desa terpencil Sukabumi yang dapat gaji Rp350 ribu per tiga bulan sekali jika BOS cair. Ia sudah mengabdi selama 33 tahun.

TribunJabar.id/M Rizal Jalaludin
GURU HONORER - Potret Saryono, seorang guru honorer di Sukabumi. Pria 55 tahun hanya dibayar Rp530 ribu per 3 bulan dan kini berharap diangkat jadi PNS. 

TRIBUNNEWS.COM - Pahlawan tanpa tanda jasa, ungkapan itu layak disematkan untuk Saryono (55), guru honorer di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Ia telah mengajar selama 33 tahun, namun statusnya masih sebagai guru honorer.

Saryono tercatat sebagai warga Desa Pangumbahan, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi.

Selain menghidupi anak dan istrinya, ia menanggung kehidupan dua kakak iparnya yang sudah tidak bisa bekerja.

Selain sebagai guru honorer, ia juga bertani palawija.

Dari pekerjaan mulianya sebagai guru honorer, ia hanya memperoleh gaji Rp350 per bulan.

Namun, pembayaran gaji itu dilakukan setiap tiga bulan sekali jika dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) cair.

Meski begitu, semangatnya untuk mencerdaskan anak bangsa tak pernah pudar.

Setiap hari, ia menempuh perjalanan sejauh 7 kilometer menggunakan sepeda motor dari rumahnya ke Sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Tegal Panjang, Desa Sidamulya, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi.

Saryono mulai mengajar pada 1992. Kala itu, ia masih berjalan kaki dari rumahnya ke sekolah.

Saat awal-awal mengajar, Saryono hanya menerima gaji Rp10 ribu per bulan melalui Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) dari iuran masyarakat.

Baca juga: Sosok Bupati Sumba Barat Daya Ngamuk ke Staf Dinas Pendidikan Gegara Tunjangan Guru Belum Cair

"Begitu susah payah. Saya dulu digajinya melalui SPP dari iuran masyarakat sebulan cuma Rp10 ribu."

"Tidak ada generasi di sini karena tempatnya juga jauh dari kota, terpencil, terisolir," ujar Saryono kepada Tribunjabar.id, Selasa (1/7/2025).

Demi pendidikan anak di pelosok terpenuhi, Saryono terus menekuni pekerjaannya, meski ia juga dibebani berbagai kebutuhan untuk menghidupi anak dan istrinya.

Selain menghidupi anak dan istri, dengan gaji Rp350 ribu yang ia terima tiap tiga bulan sekali itu, Saryono juga harus menanggung kehidupan dua kakak iparnya.

Sebab, dua saudaranya itu sudah tak bisa beraktivitas normal karena usianya yang renta.

Demi menghidupi keluarga, Saryono pun melakukan pekerjaan sampingan dengan bertani palawija, dibantu istrinya.

Istri Saryono juga membuka warung kecil-kecilan untuk membantu perekonomian keluarga.

"Agar bisa menunjang seluruh anggota keluarga, saya bertani palawija, juga supaya istri ada kegiatan di rumah itu dagang kecil-kecilan."

"Kalau honorer dari sekolah sekarang itu cuma Rp350 ribu setiap triwulan sekali, karena begitu keluar BOS itu baru ada honor," bebernya.

Sebenernya Saryono telah beberapa kali mencoba peruntungan mengikuti tes keguruan, namun gagal.

"Saya juga udah beberapa kali melakukan ajuan-ajuan untuk menunjang kehidupan saya."

"Ikut testing juga untuk masalah GBS (Guru Bantu Sekolah) itu tahun 2005, sertifikasi juga sudah, tapi diangkat PNS belum, masih belum ada kabar," terangnya.

Saryono pun berharap pemerintah bisa membantunya dengan mengangkat dirinya menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) atau Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Sebab, ia sudah mengabdi puluhan tahun lamanya dan usianya pun telah menginjak 55 tahun.

Baca juga: Pelaku Pungli PPPK Guru Diperiksa Pemkab Bojonegoro, Sudah Beraksi sejak 2019, Raup Untung Besar

"Harapan saya kepada pemerintah mohon dengan sangat untuk mengangkat saya baik melalui PPPK atau PNS secara otomatis."

"Karena apa, dilihat dari pengabdian begitu lama, usia begitu lanjut juga, mau kapan lagi kalau-kalau saya nantinya tidak kebagian jatah sedangkan pengabdian udah begitu lama," tandasnya.

Nasib Serupa

Kisah serupa juga dialami guru honorer di Sulawesi Selatan. Mereka menerima upah jauh di bawah standar kelayakan.

Hal itu terungkap dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang digelar Komisi E DPRD Sulawesi Selatan di Kota Makassar, Senin (17/2/2025).

Dalam RDP itu, sejumlah Pengurus Ikatan Guru Honorer Swasta Sulsel mengadukan nasib ke DPRD.

Mereka mengungkapkan, menerima gaji sebesar Rp100 ribu hingga Rp300 ribu setiap tiga bulan sekali.

Mereka juga  meminta agar diberi kesempatan mengikuti seleksi PPPK.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Kisah Saryono di Sukabumi, 33 Tahun Ngajar Dihonor Rp350 Ribu, Dibayar 3 Bulan Sekali Jika BOS Cair dan di Tribun-Timur.com dengan judul Nasib Miris Guru Honorer di Sulsel, Hanya Digaji Rp100 Ribu Per Tiga Bulan

(Tribunnews.com/Nanda Lusiana, TribunJabar.id/M Rizal Jalaludin, Tribun-Timur.com/Erlan Saputra)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved