Senin, 6 Oktober 2025

Gunung Rinjani Jadi Perjalanan Terakhir Juliana Marins, Jenazahnya Ditemukan dalam Jurang 600 Meter

Kedatangan Juliana ke Rinjani, seperti banyak pendaki asing lainnya, berawal dari rasa kagum terhadap keindahan alam Indonesia

Penulis: Eko Sutriyanto
kolase Tribunnews.com
DITEMUKAN TEWAS - Juliana Marins, pendaki asal Brasil berusia 26 tahun yang jatuh ke jurang sedalam ratusan meter di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Sabtu (21/6/2025). Juliana ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa 

TRIBUNNEWS.COM, MATARAM Gunung Rinjani, yang kerap menjadi destinasi impian bagi para pencinta alam dari seluruh dunia, menyimpan duka mendalam pada akhir pekan ini. 

pendaki asal Brasil, Juliana De Souza Pereira Marins berusia 27 tahun ditemukan meninggal dunia setelah dinyatakan hilang dan diduga terjatuh ke dalam jurang berkedalaman 600 meter.

Kedatangan Juliana ke Rinjani, seperti banyak pendaki asing lainnya, berawal dari rasa kagum terhadap keindahan alam Indonesia.

Namun, siapa sangka, langkah-langkahnya di jalur pendakian menjadi bagian dari perjalanan terakhirnya.

Tersesat dan Terpeleset di Jalur Curam

Peristiwa bermula pada Sabtu (21/6/2025), ketika Juliana dilaporkan terpisah dari jalur pendakian.

Dugaan sementara, ia terpeleset di jalur sempit dan terjal saat mendaki dari arah Sembalun menuju Plawangan.

Kejadian itu langsung memicu operasi pencarian yang melibatkan tim SAR gabungan dari Basarnas, TNI, Polri, dan relawan.

Selama tiga hari pencarian, tim harus menghadapi tantangan besar mulai cuaca buruk, visibilitas terbatas, dan medan ekstrem di sisi jurang Gunung Rinjani.

Baca juga: Basarnas: Warga Negara Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Ditemukan Meninggal Dunia

Ditemukan Tanpa Tanda Kehidupan

Selasa sore (24/6/2025), kabar duka itu datang.

Salah satu personel tim SAR berhasil mencapai dasar jurang dan menemukan tubuh Juliana dalam posisi miring di atas batu, tak menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

Tim lainnya menyusul untuk memastikan kondisi korban.

"Setelah pemeriksaan awal, tidak ditemukan tanda-tanda kehidupan. Jenazah langsung dibungkus untuk persiapan evakuasi," jelas Kepala Kantor SAR Mataram, Muhamad Hariyadi.

Evakuasi tidak bisa dilakukan segera. 

Kondisi cuaca yang memburuk dan minimnya cahaya membuat tim SAR memutuskan untuk melakukan flying camp atau bermalam di dua titik yakni 3 orang di anchor point kedua (kedalaman 400 meter) dan empat orang lainnya tetap menjaga jenazah di kedalaman 600 meter.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved