Selasa, 7 Oktober 2025

Gunung Lewotobi Meletus

Letusan Gunung Lewotobi Lumpuhkan Akses Wisata NTT-Bali, Puluhan Penerbangan Dibatalkan

Beberapa maskapai menunda jadwal keberangkatan untuk menghindari risiko yang ditimbulkan oleh sebaran abu vulkanik

|
Editor: Eko Sutriyanto
POS-KUPANG.COM/ARNOLD WELIANTO
WARGA BERHAMBURAN - Warga di Desa Talibura Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka panik dan lari berhamburan ke jalan Trans Flores Maumere. Letusan besar Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, NTT, pada Selasa (17/6/2025) tak hanya memicu kewaspadaan di wilayah sekitar, tetapi juga mengguncang rantai pergerakan transportasi udara di kawasan timur Indonesia.  

 

 

 

 

Momen ini terasa ironis, sebab musim libur sekolah pertengahan tahun biasanya menjadi masa panen wisatawan. Namun bencana alam kembali menunjukkan dominasinya. Baik Bali maupun Labuan Bajo, dua daerah yang tengah gencar mempromosikan sektor pariwisata pasca-pandemi, kini harus menghadapi kenyataan pahit: keterbatasan akses udara akibat kondisi alam.

“Sudah ada sejumlah tamu dari Eropa yang membatalkan kunjungan ke Pulau Komodo. Beberapa agen wisata bahkan mengubah rute tur mendadak,” ujar Yuliana Watu, pemilik agen perjalanan di Labuan Bajo. Ia berharap kondisi segera stabil agar kepercayaan wisatawan tidak goyah.

Kesiapsiagaan Lokal Diuji
Di wilayah daratan Flores, abu vulkanik telah mencapai Kabupaten Ende. Bau belerang menyengat bahkan dirasakan hingga pemukiman warga. Pemerintah daerah melalui BPBD mengimbau warga untuk menggunakan masker, mengurangi aktivitas luar ruangan, serta meningkatkan kesiagaan jika terjadi hujan abu lanjutan.

“Warga kami sudah mulai kami bagi masker. Sementara itu, sekolah-sekolah diminta bersiap untuk pembelajaran daring jika situasi memburuk,” ungkap Kepala BPBD Kabupaten Ende.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menetapkan status Gunung Lewotobi Laki-Laki pada Level IV (Awas) — tertinggi dalam sistem peringatan gunung api nasional. Dalam enam jam, gunung tersebut mengalami lima kali letusan dengan kolom abu mencapai 10.000 meter.

Momentum Evaluasi Tata Kelola Mitigasi
Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa wilayah NTT, yang secara geologis berada dalam zona cincin api Pasifik, perlu memperkuat kesiapan mitigasi bencana berbasis destinasi. Pariwisata berbasis alam dan petualangan menjadi andalan ekonomi lokal, tetapi sangat rentan terhadap perubahan kondisi geofisik.

Pemerintah daerah dan pelaku usaha diharapkan membangun sistem respons cepat, termasuk integrasi peringatan dini dengan penyedia layanan pariwisata, asuransi perjalanan berbasis risiko geologi, serta skenario pemulihan pascabencana.

“Kita harus mulai menyadari bahwa keindahan alam yang kita jual, juga menyimpan potensi ancaman. Tapi dengan tata kelola yang tepat, kita bisa tetap tumbuh sambil meminimalkan risiko,” ujar seorang pengamat pariwisata di Kupang.

 
Jika kamu ingin versi khusus untuk infografis, fokus edukasi mitigasi, atau dikembangkan ke opini/editorial, saya bisa bantu lanjutkan.

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved