Kamis, 2 Oktober 2025

Bahan Peledak Kedaluwarsa Maut di Garut

Anak Korban Ledakan Amunisi di Garut Menangis, Keberatan Ayahnya Disebut Memulung

Anak Rustiawan, salah satu korban tewas dalam ledakan amunisi di Garut, menangis karena keberatan ayahnya disebut pemulung..

Editor: Choirul Arifin
dok.
SUMUR AMUNISI - Foto diduga sumur tempat pemusnahan amunisi di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Garut, Senin (12/5/2025). Pemusnahan bom tak layak pakai di lokasi tersebut menewaskan 13 orang.  

 

TRIBUNNEWS.COM, GARUT - Anak Rustiawan, salah satu korban tewas dalam ledakan amunisi di Garut, menangis di depan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, karena keberatan ayahnya disebut pemulung..

Rustiawan adalah salah satu dari empat warga sipil yang menjadi korban ledakan amunisi saat pemusnahan di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, pada Senin (12/5/2025) pagi.

Kehadiran warga sipil di lokasi pemusnahan amunisi kedaluwarsa itu menjadi tanda tanya berbagai pihak karena muncul narasi bahwa warga sipil yang menjadi korban adalah para pemulung logam bekas ledakan.

Anak perempuan Rustiawan tidak kuasa menahan tangisnya saat bertemu Dedi Mulyadi karena tidak terima narasi tersebut menjadi kesan tak baik bagi sang ayah.

"Saya meminta pertanggungjawaban mungkin, karena bapak saya di situ bukan seperti orang-orang pikirin," ucapnya terisak, dilansir dari YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel, Selasa (13/5/2025).

"Bapak saya di situ kerja sama tentara," lanjut dia.

Dia mengatakan, selama ini ayahnya telah bekerja bersama tentara ke berbagai tempat.

KEBERATAN DISEBUT MEMULUNG - Anak perempuan Rustiawan, salah satu korban tewas dalam ledakan pemusnahan amunisi kedaluwars di Garut, menangis di depan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, Selasa (13/5/2025). 
KEBERATAN DISEBUT MEMULUNG - Anak perempuan Rustiawan, salah satu korban tewas dalam ledakan pemusnahan amunisi kedaluwars di Garut, menangis di depan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, Selasa (13/5/2025).  (dok.)

"Saya tahu dari zaman saya sekolah, sudah lama. Bapak saya udah ke Manado, Makassar, Bali, Jakarta, saya tahu," tutur dia.

Ia juga tidak terima atas munculnya narasi di media sosial yang menyebut ayahnya menyelonong masuk tanpa izin ke kawasan pemusnahan amunisi.

"Katanya banyak orang yang bilang, bapak saya ke situ nyelonon, ngelawan TNI, itu enggak (benar)," ungkap dia.

Dedi Mulyadi berjanji menanggung biaya hidup dan pendidikan anak-anak korban yang meninggal dalam ledakan amunisi tersebut.

"Seluruh anak-anak dari korban sampai perguruan tinggi, saya yang urus. Nanti saya menyampaikan Rp50 juta per keluarga," lanjut dia.

Kronologi Kejadian

Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat, Brigjen Wahyu Yudhayana menjelaskan kronologis kejadian yang menewaskan 13 orang.

Menurut Brigjen Wahyu, tim penyusun amunisi dari TNI sudah melaksanakan pengecekan personel dan lokasi hingga dinyatakan aman untuk dilakukan pemusnahan.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved