Wartawati Dibunuh Oknum TNI
Juwita Diam-Diam Rekam Video Dugaan Aksi Bejat Kelasi Satu J, Tangannya Bergetar Ketakutan
Juwita diam-diam merekam dugaan rudapaksa yang dilakukan Kelasi Satu J terhadap dirinya, tangan wartawati itu bergetar ketakutan.
TRIBUNNEWS.COM - Sebelum dibunuh anggota TNI Angkatan Laut (AL), Kelasi Satu J, wartawati Juwita disebut sempat dirudapaksa dua kali.
"Berdasarkan alat bukti, kami sampaikan bahwa korban mengalami kekerasan seksual, ini adalah pemerkosaan," kata kuasa hukum keluarga korban, Muhamad Pazri, dilansir Banjarmasinpost.co.id.
Disebutkan, Juwita sempat menceritakan kejadian tersebut kepada kakak iparnya pada 26 Januari 2025.
Juwita juga menunjukkan bukti berupa video pendek yang ia rekam secara diam-diam dan beberapa foto.
Tangan perempuan asal Banjarbaru, Kalimantan Selatan, itu sampai bergetar ketakutan, merekam dugaan aksi bejat Kelasi Satu J.
"Bukti di dalam video berdurasi sekitar 5 detik itu, korban merekam pelaku sedang mengenakan celana an baju setelah melakukan aksinya."
"Saat itu, korban ketakutan, sehingga rekaman video itu bergetar," ungkap Pazri.
Pazri menjelaskan peristiwa pertama terjadi pada rentang waktu 25-30 Desember 2024.
Kemudian, kejadian kedua pada 22 Maret 2025, tepat pada hari jasad Juwita ditemukan.
Awalnya, korban dan pelaku berkenalan lewat media sosial. Komunikasi keduanya pun makin intens hingga bertukar nomor telepon.
Selanjutnya, pada akhir tahun 2024, Kelasi Satu J disebut meminta korban memesan sebuah kamar hotel di Banjarbaru. Alasannya, pelaku kelelahan setelah kegiatan.
Baca juga: Alasan Keluarga Juwita Minta Jumran Tes DNA, Wartawati di Banjarbaru Diduga Alami Kekerasan Seksual
Korban yang tak menaruh curiga lantas memesankan kamar untuk pelaku di sebuah hotel yang berada di Banjarbaru.
"Setelah itu, pelaku menyuruh korban menunggu, setelah datang pada hari itu, pelaku membawa korban masuk ke dalam kamar dan mendorong ke tempat tidur."
"Pelaku sempat memiting korban sebelum merudapaksa di dalam kamar tersebut," papar Pazri.
Sementara itu, dugaan rudapaksa ini seolah diperkuat dengan temuan sperma di rahim korban.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.