Senin, 6 Oktober 2025

Rizkil Watoni Curhat ke Meta AI sebelum Akhiri Hidup: Polisi Tak Terima Alasan Saya Salah Ambil HP

Pemuda di Lombok Utara, Rizkil Watoni, mengakhiri hidup diduga karena depresi akibat ditekan oknum polisi.

ISTIMEWA via TribunLombok.com
WARGA BAKAR POLSEK - Nasruddin, ayah Rizkil Watoni, pemuda asal Lombok Utara, NTB, menunjukkan surat perjanjian damai dalam kasus dugaan pencurian HP usai mediasi di Polsek Kayangan, Senin (18/3/2025). Rizkil Watoni diketahui mengakhiri hidup pada Senin (17/3/2025), karena diduga depresi buntut ditekan oknum Polsek Kayangan terkait kasus salah ambil HP. 

TRIBUNNEWS.com - Pemuda asal Desa Sesait, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), bernama Rizkil Watoni (27), memilih mengakhiri hidupnya pada Senin (17/3/2025), diduga karena depresi.

Diduga, pemuda yang bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) ini depresi terkait tuduhan pencurian karena dirinya salah mengambil HP milik orang lain.

Kasus pencurian yang sebenarnya sudah berakhir damai, ternyata masih diproses oleh oknum Polsek Kayangan.

Sebelum mengakhiri hidup, Rizkil Watoni sempat curhat kepada Meta AI tentang masalahnya.

Dalam percakapan dengan Meta AI, Rizkil Watoni menyebut anggota Polsek Kayangan tidak menerima alasannya terkait tuduhan pencurian.

Kepada polisi, Rizkil Watoni mengaku memang salah mengambil ponsel milik orang lain, seperti yang terekam pada CCTV.

Baca juga: Kesaksian Rizkil Watoni Ingin Mati daripada Bayar Polisi, Kisah ASN Depresi Ditekan Oknum

Tetapi, menurutnya, polisi tidak menerima alasan yang ia sampaikan.

"Saya hanya mengakui bahwa berdasarkan CCTV, memang saya yang mengambil secara tidak sadar. Namun, polisi tidak menerima alasan itu," tulis Rizkil Watoni dalam pesan kepada Meta AI, yang ditemukan di ponselnya, dilansir Kompas.com.

Sementara itu, ayah Rizkil Watoni, Nasruddin, menyebut kematian sang anak bukan karena mengakhiri hidup, melainkan karena tekanan dari oknum Polsek Kayangan.

"Anak kami tidak bunuh diri, tapi dibunuh mentalnya oleh oknum aparat itu," ujar dia, Senin malam, dikutip dari TribunLombok.com.

Nasruddin menjelaskan, Rizkil Watoni sudah sepakat berdamai dengan pemilik HP dan memberikan uang senilai Rp2 juta.

Tetapi, ada oknum Polsek Kayangan yang disebut terus menekan Rizkil Watoni agar membayar "uang pelicin".

Sebab, kisah Nasruddin, oknum itu berkata pada Rizkil Watoni, kasus dugaan pencurian HP telah berlanjut hingga ke Kejaksaan.

Atas hal itu, Rizkil Watoni diminta membayar sebanyak Rp15 juta, yang kemudian bertambah menjadi Rp90 juta, agar tak dipenjara.

Nasruddin pun menduga kuat sang anak depresi karena hal tersebut, hingga memutuskan mengakhiri hidup.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved