Polisi Gagal Sehingga Terjadi Insiden Peulimbang
negara dan polisi telah gagal sehingga menyebabkan terjadinya insiden Peulimbang yang merenggut korban nyawa.

Syukri mengisahkan, ketika mereka sudah berada di kompleks rumah Tgk Aiyub sekitar pukul 22.30 WIB, mendadak mereka diserang oleh orang-orang bersenjata tajam berupa parang dan pedang. Serangkan kilat itu datang dari balik pohon pisang atau dari orang yang saat itu berpura-pura sedang memperbaiki kawat pagar.
“Saya disambut dengan tebasan pedang oleh seseorang yang bernama Bahany. Serangan pertama berhasil saya tahan dengan kayu. Selanjutnya ujung pedang mengarah ke leher saya hingga terluka. Selanjutnya punggung saya ditebas,” ujar Syukri.
Menurutnya, yang lebih duluan diserang adalah rekannya, Mansur (korban meninggal). Kelompok penyerang mengenakan baju hitam dan kain sarung. Mereka diperkirakan berjumlah 20 orang. “Akibat diserang secara membabi buta, kami lari tak tentu arah. Sebanyak 10 orang terkena bacokan parang dan pedang, seorang di antaranya meninggal,” ujar Syukri.
Pengakuan serupa disampaikan Iskandar, korban lainnya. Menurut Iskandar, mereka datang tanpa senjata dan memarkirkan kendaraan sejauh 50 meter dari rumah Tgk Aiyub. “Kami berjalan kaki ke lokasi. Ternyata, belum lagi sempat berdialog, kami diserang dengan parang pedang. Serangan itu muncul dari berbagai penjuru termasuk dari balik pohon pisang,” demikian Iskandar yang mengalami luka di bahu dan dirawat di RSUD Bireuen.(yus)
Polisi pun Nyaris Dibacok
HINGGA tadi malam Serambi belum mendapat tanggapan resmi dari pihak kepolisian terkait pernyataan KontraS Aceh yang menilai negara dan polisi telah gagal sehingga menyebabkan terjadinya insiden Peulimbang yang merenggut korban nyawa.
Sebelumnya, pada Minggu (18/11) sore, Kapolres Bireuen, AKBP Yuri Karsono menjelaskan posisi aparat keamanan (Polri) menjelang maupun saat peristiwa itu terjadi. “Anggota telah berusaha semampu mungkin (untuk mengendalikan keadaan), namun aksi kedua (aksi susulan) semakin brutal, bahkan dalam keadaan gelap polisi pun hendak dibacok,” kata AKBP Yuri Karsono kepada Serambi, Minggu (18/11) sore di Mapolsek Jeunieb.
Menurut Yuri, dalam serangan dadakan ada 10 orang terluka dan salah seorang meninggal dunia. “Setelah mendapat informasi kelompok Tgk Aiyub menyerang, maka beberapa saat kemudian terjadilah aksi kedua (susulan) yang sangat brutal itu,” ungkap Kapolres Bireuen.
Dijelaskan Kapolres Bireuen, pihaknya sempat melepaskan tembakan peringatan untuk meredam aksi massa namun tidak berhasil. Pasca-insiden itu, sebanyak 100 anggota Polres Bireuen dan Brimob ditempatkan di kawasan Jeunieb, Peulimbang, dan Pandrah. Mereka bertugas melakukan pengamanan dan mewaspadai tindakan melanggar hukum. “Pak Kapolda Aceh juga sudah memberikan arahan dan petunjuk,” kata Kapolres didampingi Wakapolres Kompol W Eko Sulistyo, dan Kapolsek Jeunieb Iptu PM Kataren.
Untuk kepentingan pengusutan kasus tersebut, Polres Bireuen telah mengamankan seorang warga berinisial Mkh bin Sy yang diduga pengikut kelompok Tgk Aiyub bin Syahkubat (50) yang diduga menyebarkan aliran sesat.
Polisi juga mengamankan barang bukti berupa tiga pedang panjang dan satu parang. Polres Bireuen menambahkan, hasil penyelidikan sementara, insiden tersebut dipicu setelah Tgk Aiyub dan anggotanya menyerang massa yang hendak ke rumah Tgk Aiyub pada malam itu.(yus)
Baca Juga :
- Syahrul Hadiri Pesta Rakyat Uloe 29 menit lalu
- Keyko Digugat Eks Suami, Minta Hak Asuh Anak 39 menit lalu
- Lampung Tengah Tuding Metro Ingkar Janji 46 menit lalu