Polisi Gagal Sehingga Terjadi Insiden Peulimbang
negara dan polisi telah gagal sehingga menyebabkan terjadinya insiden Peulimbang yang merenggut korban nyawa.

TRIBUNNEWS.COM BANDA ACEH - Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Aceh menilai negara dan polisi telah gagal sehingga menyebabkan terjadinya insiden Peulimbang yang merenggut korban nyawa.
“Seharusnya polisi yang sudah hadir di lokasi dapat sepenuhnya menguasai kondisi dan situasi di lapangan. Hal ini merupakan suatu masalah hukum dan keamanan yang serius. Kami menilai negara dan polisi telah gagal,” kata Koordinator KontraS Aceh, Destika Gilang Lestari dalam siaran pers yang diterima Serambi, Minggu (18/11/2012).
KontraS secara khusus menanggapi insiden di kompleks rumah dan balai pengajian milik Tgk Aiyub Syahkubat (50) di Desa Jambo Dalam, Kecamatan Peulimbang, Kabupaten Bireuen sejak menjelang tengah malam, Jumat (16/11/2012) hingga menjelang subuh, Sabtu (17/11/2012). Insiden itu telah menyebabkan tiga orang tewas, termasuk Tgk Aiyub dan seorang pengikutnya yang dibakar hidup-hidup.
KontraS menulis, kegagalan menghindari amuk massa dalam kasus Peulimbang dipicu oleh lemahnya fungsi intelijen dan kesiapan petugas kepolisian untuk mengantisipasi dan mencegah bentrokan.
“Kejadian pada Jumat malam hingga Sabtu dini hari itu seperti membuktikan adanya loss of control dari aparat penegak hukum sehingga bentrokan massa dengan leluasa berlangsung. Kita berharap kasus seperti ini tidak terulang lagi,” tandas pernyataan itu.
KontraS juga menyatakan penting bagi pihak kepolisian untuk memberitahukan kepada publik sampai sejauh mana berbagai proses penyelidikan yang dilakukan. “Ini untuk membuktikan bahwa polisi memang sedang bekerja dan tidak lemah dalam menjaga dan memberi keamanan bagi masyarakat. Hal ini juga penting guna menunjukkan kepada pihak luar bahwa Aceh bukan lagi wilayah rawan konflik,” katanya.
KontraS Aceh melihat perilaku dan kinerja Polri belum sesuai dengan filosofi “Dwi Warna Purwa Cendikia Wusana” dan belum dapat mewujudkan Polri yang mahir, terpuji, dan patuh hukum yang merupakan filosofi pendidikan Polri saat ini.
Destika Gilang Lestari juga mengutuk tragedi main hakim sendiri yang semakin merajalela di Indonesia secara umum dan khususnya di Aceh. “Semua peristiwa main hakim sendiri seperti ini adalah cermin ketidakpercayaan masyarakat kepada pihak-pihak yang mengelola negara,” tandasnya. “Ini juga membuktikan bahwa institusi-institusi negara seperti pengadilan (court) dan aparat penegak hukum tidak berarti banyak di mata masyarakat. Mereka lemah, tidak berwibawa dan kurang mendapat tempat di hati masyarakat,” demikian KontraS Aceh.
Tanggapan terhadap insiden Peulimbang juga disampaikan Pengurus Wilayah Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Aceh. “KAMMI menilai aparat keamanan dan Pemkab Bireuen, termasuk MPU dan Dinas Syariat Islam tidak tanggap dan tidak tegas menangani serta menyelesaikan perkara Tgk Aiyub yang diduga menggelar pengajian yang menimbulkan kecurigaan masyarakat,” tulis Ketua Umum KAMMI Aceh, Faisal Qasim dalam siaran pers-nya.
KAMMI Aceh meminta Pemkab Bireuen bertanggungjawab dan bersikap tegas serta cepat menyelesaikan persoalan terhadap aliran-aliran mencurigakan sehingga tidak jatuh korban lagi. “Masyarakat juga harus menghidupkan nilai-nilai syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari,” tandas Faisal.
Front Pembela Islam (FPI) Aceh dalam pernyataannya mengutuk insiden Peulimbang karena telah bermuara pada pertumpahan darah dan korban nyawa. “FPI mendesak Pemerintah Aceh, baik eksekutif maupun legislatif segera membuat qanun larangan menganut dan menyebarkan aliran sesat di Aceh sehinnga menjadi payung hukum yang kuat bagi penegak hukum di daerah ini,” tandas Ketua DPD FPI Aceh, Tgk Muslim At-Thahiri.(sup/sal/swa)
Serangan Kilat dari Balik Pohon Pisang
BERBAGAI cerita mencuat pasca-insiden Peulimbang yang menewaskan tiga orang dan melukai 10 lainnya. Peristiwa itu sendiri terbilang sadis karena di antara korban tewas ada yang dibakar hidup-hidup atau meregang nyawa karena terkena sabetan senjata tajam berupa parang dan pedang.
Seperti informasi yang berkembang, pada Jumat (16/11) malam, serombongan massa mendatangi rumah Tgk Aiyub bin Syahkubat di Desa Jambo Dalam, Kecamatan Plimbang, Bireuen. Tujuan Mereka ingin menemui Tgk Aiyub dan pengikutnya untuk meminta mereka tidak lagi melakukan kegiatan pengajian yang dicurigai menyimpang. Larangan juga sudah pernah dikeluarkan Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU). Lagi pula, dua tahun lalu, lokasi pengajian Tgk Aiyub juga sudah pernah diamuk massa.
Seorang warga bernama Syukri Ahmad (40) yang juga termasuk salah seorang korban insiden Peulimbang mengungkapkan, kehadiran mereka ke rumah Tgk Aiyub malam itu ternyata disambut dengan sabetan parang dan pedang. Serangkan itu terjadi secara dadakan setelah diawali dengan pemadaman listrik.
Syukri Ahmad yang tercatat sebagai warga Desa Naseme, Pandrah, Kabupaten Bireuen hingga kemarin masih dirawat di RSUD Bireuen. Dia mengalami luka bacokan di bagian leher dan punggung.
Syukri mengisahkan, ketika mereka sudah berada di kompleks rumah Tgk Aiyub sekitar pukul 22.30 WIB, mendadak mereka diserang oleh orang-orang bersenjata tajam berupa parang dan pedang. Serangkan kilat itu datang dari balik pohon pisang atau dari orang yang saat itu berpura-pura sedang memperbaiki kawat pagar.
“Saya disambut dengan tebasan pedang oleh seseorang yang bernama Bahany. Serangan pertama berhasil saya tahan dengan kayu. Selanjutnya ujung pedang mengarah ke leher saya hingga terluka. Selanjutnya punggung saya ditebas,” ujar Syukri.
Menurutnya, yang lebih duluan diserang adalah rekannya, Mansur (korban meninggal). Kelompok penyerang mengenakan baju hitam dan kain sarung. Mereka diperkirakan berjumlah 20 orang. “Akibat diserang secara membabi buta, kami lari tak tentu arah. Sebanyak 10 orang terkena bacokan parang dan pedang, seorang di antaranya meninggal,” ujar Syukri.
Pengakuan serupa disampaikan Iskandar, korban lainnya. Menurut Iskandar, mereka datang tanpa senjata dan memarkirkan kendaraan sejauh 50 meter dari rumah Tgk Aiyub. “Kami berjalan kaki ke lokasi. Ternyata, belum lagi sempat berdialog, kami diserang dengan parang pedang. Serangan itu muncul dari berbagai penjuru termasuk dari balik pohon pisang,” demikian Iskandar yang mengalami luka di bahu dan dirawat di RSUD Bireuen.(yus)
Polisi pun Nyaris Dibacok
HINGGA tadi malam Serambi belum mendapat tanggapan resmi dari pihak kepolisian terkait pernyataan KontraS Aceh yang menilai negara dan polisi telah gagal sehingga menyebabkan terjadinya insiden Peulimbang yang merenggut korban nyawa.
Sebelumnya, pada Minggu (18/11) sore, Kapolres Bireuen, AKBP Yuri Karsono menjelaskan posisi aparat keamanan (Polri) menjelang maupun saat peristiwa itu terjadi. “Anggota telah berusaha semampu mungkin (untuk mengendalikan keadaan), namun aksi kedua (aksi susulan) semakin brutal, bahkan dalam keadaan gelap polisi pun hendak dibacok,” kata AKBP Yuri Karsono kepada Serambi, Minggu (18/11) sore di Mapolsek Jeunieb.
Menurut Yuri, dalam serangan dadakan ada 10 orang terluka dan salah seorang meninggal dunia. “Setelah mendapat informasi kelompok Tgk Aiyub menyerang, maka beberapa saat kemudian terjadilah aksi kedua (susulan) yang sangat brutal itu,” ungkap Kapolres Bireuen.
Dijelaskan Kapolres Bireuen, pihaknya sempat melepaskan tembakan peringatan untuk meredam aksi massa namun tidak berhasil. Pasca-insiden itu, sebanyak 100 anggota Polres Bireuen dan Brimob ditempatkan di kawasan Jeunieb, Peulimbang, dan Pandrah. Mereka bertugas melakukan pengamanan dan mewaspadai tindakan melanggar hukum. “Pak Kapolda Aceh juga sudah memberikan arahan dan petunjuk,” kata Kapolres didampingi Wakapolres Kompol W Eko Sulistyo, dan Kapolsek Jeunieb Iptu PM Kataren.
Untuk kepentingan pengusutan kasus tersebut, Polres Bireuen telah mengamankan seorang warga berinisial Mkh bin Sy yang diduga pengikut kelompok Tgk Aiyub bin Syahkubat (50) yang diduga menyebarkan aliran sesat.
Polisi juga mengamankan barang bukti berupa tiga pedang panjang dan satu parang. Polres Bireuen menambahkan, hasil penyelidikan sementara, insiden tersebut dipicu setelah Tgk Aiyub dan anggotanya menyerang massa yang hendak ke rumah Tgk Aiyub pada malam itu.(yus)
Baca Juga :
- Syahrul Hadiri Pesta Rakyat Uloe 29 menit lalu
- Keyko Digugat Eks Suami, Minta Hak Asuh Anak 39 menit lalu
- Lampung Tengah Tuding Metro Ingkar Janji 46 menit lalu