Cerita Mobil Listrik Neta dan Kerasnya Persaingan Pasar EV di Thailand, di Mana Posisi BYD?
Thailand adalah contoh negara di mana persaingan antar merek mobil listrik China sudah demikian sengit.
Editor:
Choirul Arifin
Perusahaan induk Neta, Zhejiang Hozon New Energy Automobile, memasuki proses kebangkrutan di Tiongkok bulan lalu, menurut media pemerintah.
Baca juga: Neta Rombak Operasional di Malaysia Usai Isu Ambruknya Perusahaan Induk di China
Neta dan induknya di Tiongkok tidak menanggapi permintaan komentar Reuters.
Pangsa Neta di pasar EV Thailand mencapai puncaknya sekitar 12 persen dari penjualan EV pada tahun 2023 ketika industri tersebut sedang tumbuh, menurut data Counterpoint Research, dengan BYD memiliki pangsa 49 persen tahun itu.
Di Thailand, merek-merek Tiongkok mendominasi pasar EV dengan pangsa gabungan lebih dari 70 persen.
Jumlah merek mobil listrik China melonjak berlipat ganda di tahun 2024 lalu menjadi 18. Hal memberikan tekanan pada merek-merek yang tidak memiliki jangkauan kuat seperti BYD yang telah mengambil alih dari Tesla sebagai pembuat EV terbesar di dunia.

Dalam lima bulan pertama tahun ini, pendaftaran baru mobil Neta merosot 48,5 persen dari tahun sebelumnya dan pangsa pendaftaran kendaraan listriknya turun menjadi 4 persen, menurut data pemerintah.
"Penurunan Neta di Thailand mencerminkan kerapuhan merek kendaraan listrik Tiongkok kelas dua baik di dalam maupun luar negeri," kata Abhik Mukherjee, analis otomotif di Counterpoint Research.
"Persaingan harga yang ketat dan keunggulan skala pemain dominan telah membuat kelangsungan hidup semakin sulit bagi perusahaan yang lebih kecil, terutama di pasar ekspor, di mana marginnya tipis dan dukungan purnajual yang kuat sangat penting," sebutnya.
Merek EV China Ramai-ramai Diskon Harga di Thailand
Thailand merupakan pasar ekspor Neta saat ini. Di negeri gajah putih tersebut Neta menjual tiga model, dengan Neta V-II Lite termurah seharga 549.000 baht (16.924 dolar AS) sebelum diskon.
Sebagai perbandingan, BYD menjual model Dolphin di Thailand seharga 569.900 baht dan kini menjadi pemimpin pasar di segmennya.
Pasar otomotif domestik Thailand menjadi semakin kompetitif di tengah ekonomi yang lesu. "Beberapa merek China telah memangkas harga lebih dari 20 persen," kata Rujipun Assarut, asisten direktur pelaksana KResearch, unit pemberi pinjaman Thailand Kasikornbank.
"Penetapan harga telah menjadi strategi utama untuk merangsang pembelian," imbuhnya.
Kelebihan kapasitas produksi EV di China dan perang harga telah mendorong produsen mobil untuk berekspansi ke luar negeri, tetapi pasar seperti Thailand kini mencerminkan tekanan persaingan yang sangat ketat, yang membuat perusahaan-perusahaan kecil menghadapi risiko serupa.
Baca juga: Perakitan Neta X di Pondok Ungu Bekasi Diminta Pakai Komponen Lokal
Tiga tahun lalu, Pemerintah Thailand meluncurkan rencana ambisius untuk mengubah industri mobilnya, yang telah lama didominasi oleh perusahaan-perusahaan besar Jepang seperti Toyota dan Honda.
Pemerintah Thailand berupaya memastikan setidaknya 30 persen dari total produksi mobilnya adalah kendaraan listrik pada tahun 2030.
Viral Video Petugas Kebun Binatang di Thailand Tewas Dikeroyok Singa, Saksi Ungkap Kejanggalan |
![]() |
---|
UNY dan Universitas Wailak Thailand Gelar Sharing Session, Gali Potensi Kearifan Lokal |
![]() |
---|
FI Asia & Vitafoods Asia 2025 di Bangkok Thailand, Pameran Inovasi Bahan Pangan dan Kesehatan |
![]() |
---|
Daftar 16 Tim yang Lolos ke Piala Asia U23 2026: Timnas Indonesia Gagal, ASEAN Kirim 2 Wakil |
![]() |
---|
Pengadilan Thailand Putuskan Thaksin Shinawatra Jalani Hukuman Penjara Satu Tahun |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.