Kepercayaan Digital Jadi Pondasi Utama Ekonomi Masa Depan Indonesia
Kepercayaan digital atau digital trust muncul sebagai elemen krusial dalam mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis teknologi di Indonesia.
Editor:
Dodi Esvandi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Di tengah pesatnya transformasi teknologi, kepercayaan digital atau digital trust muncul sebagai elemen krusial dalam mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis teknologi di Indonesia.
Hal ini menjadi sorotan utama dalam gelaran Indonesia Digital Bank Summit (IDBS) 2025 yang diselenggarakan oleh Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH), Selasa (19/8/2025).
Forum strategis ini menegaskan bahwa keamanan dan kepercayaan digital tidak cukup hanya ditopang oleh regulasi dan teknologi canggih.
Peran penyedia identitas digital yang tepercaya menjadi kunci dalam membangun ekosistem keuangan digital yang aman dan inklusif.
Salah satu pemain yang mendapat perhatian adalah Privy, perusahaan rintisan penyedia tanda tangan elektronik tersertifikasi yang berstatus sebagai Penyelenggara Sertifikasi Elektronik (PSrE).
Privy berperan penting dalam memastikan otentikasi identitas digital dan keaslian dokumen elektronik berjalan secara sah dan aman.
“Membangun digital trust bukan hanya soal teknologi, tetapi juga kolaborasi dan kepatuhan. Dengan identitas digital yang sah dan diakui negara, masyarakat maupun industri dapat bertransaksi dengan lebih percaya diri,” ujar CEO Privy, Marshall Pribadi, yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum I AFTECH.
Baca juga: Kerugian Akibat Scam Mencapai Rp4,6 Triliun, OJK: Sehari IASC Terima 700-800 Laporan
Marshall menambahkan bahwa sertifikat elektronik dari PSrE seperti Privy memberikan jaminan keamanan dan kenyamanan, terutama bagi sektor jasa keuangan yang menjadikan kepercayaan sebagai fondasi utama.
Pertumbuhan ekonomi digital Indonesia menunjukkan tren positif, dengan nilai mencapai USD 90 miliar pada 2024.
Bank Indonesia mencatat transaksi QRIS menembus Rp317 triliun hingga kuartal II 2025, naik 121 persen dibanding tahun sebelumnya.
Lonjakan ini mencerminkan meningkatnya adopsi layanan digital, khususnya di kalangan pelaku UMKM.
Namun, agar pertumbuhan ini berkelanjutan, digital trust harus menjadi fondasi utama.
Tanpa kepercayaan terhadap identitas digital dan keaslian transaksi, inovasi teknologi keuangan tidak akan mampu menopang ekonomi secara optimal.
Deputi Komisioner Pengawas Bank Swasta OJK, Indarto Budiwitono, mengingatkan bahwa digitalisasi perbankan membawa tantangan serius di aspek keamanan.
“Bank perlu mengembangkan strategi digital yang agile dan terukur, bukan hanya demi efisiensi, tetapi juga untuk menjawab ekspektasi nasabah yang semakin kompleks,” ujarnya.
Multifinance Dituntut Beradaptasi dengan Regulasi Baru Serta Memperkuat Digitalisasi |
![]() |
---|
Zakat Disalurkan Via Dompet Digital Tahun 2024 Tembus Rp 129 Miliar, Terima Penghargaan dari Baznas |
![]() |
---|
Kronologi Mahasiswa Indonesia di Belanda Meninggal, Diduga saat Dampingi Pejabat Kunker di Wina |
![]() |
---|
OJK Akan Seragamkan Aturan Rekening Nasabah Pasif di Perbankan |
![]() |
---|
Imbas Rekening Bank Banyak Diblokir PPATK, OJK Bakal Bikin Aturan Soal Dormant |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.